Ayahanda Meninggal Dunia, Didik Nini Thowok Kenang Sosoknya

JAKARTA, iNews.id - Keluarga seorang seniman sekaligus maestro tari Indonesia, Didik Hadiprayitno atau dikenal dengan nama Didik Nini Thowok baru saja dirundung duka. Sosok ayahandanya, Kwee Yoe Tiang atau Hadiprayitno meninggal dunia, Kamis 3 Januari 2019.
Didik mengenang, sang ayah merupakan sosok pekerja keras yang berupaya menghidupi keluarganya.
"Sebagai generasi yang hidup di tahun 50-an, setiap hari hanya bekerja untuk kebutuhan hidup keluarga dengan satu istri, lima anak, tiga nenek yang tinggal di rumah dan menjadi tanggung jawab ayah saya," kata Didik mengenang sang ayah, ketika dihubungi iNews.id, belum lama ini.
Didik yang dikenal dengan koreografinya, ternyata tak lepas dari sosok sang ayah yang merupakan seorang penikmat musik keroncong.
"Pada waktu saya masih kecil, seminggu sekali ada grup keroncong kampung yang latihan di rumah saya," ucap seniman kelahiran Temanggung, Jawa Tengah tersebut.
Sebagai anak sulung, Didik saat itu berusaha menjadi tulang punggung bagi keluarga. Apalagi kini, sosok sang ayah telah tiada.
"Karena saya anak paling tua, jadi setelah perusahaan papa saya bangkrut, menggantikan beliau menjadi tulang punggung keluarga sampai semua adik-adik saya menikah. Sampai sekarang orangtua menjadi tanggungan saya sebagai wujud bakti," ucap dia.
Hal-hal yang paling teringat dari sang ayah adalah momen ketika menjalani tradisi keluarga. "Setiap Ceng Beng (tradisi orang Tionghoa) ayah saya selalu mengajak saya ziarah ke makam leluhur. Hal itu yang saya contoh sampai saat ini dan saya turunkan tradisi ini kepada generasi penerus," kata aktor Preman In Love tersebut.
Sebelum sang ayah tiada, dirinya dan ayahnya merawat 15 makam leluhur dan saudara yang telah meninggal dunia. "Kita lakukan dengan ikhlas dan dengan hati karena merupakan tanggung jawab sebagai generasi muda," ucapnya.
Satu hal lagi yang paling melekat di sanubari seorang Didik Nini Thowok tentang ayah adalah ketika melakukan kebiasaan bai gui (Pai Kui). "Itu tradisi Tiongkok, yaitu bentuk penghormatan kepada orangtua (ungkapan permintaan ampun kesalahan) dan kepada leluhur. Kalau di Jawa seperti sungkem," tuturnya.
Meskipun kini sudah berusia 64 tahun, Didik Nini Thowok masih mendedikasikan dirinya di dunia tari tradisional. Dia masih aktif dalam melakukan pergelaran-pergelaran tari, workshop, hingga talkshow.
Januari ini, misalnya, lulusan ASTI Yogyakarta tersebut mengajar di Dance Ensemble Singapore untuk pertunjukan. Sementara pada Maret, dia mendapat undangan untuk tampil dan mengisi workshop di Canberra, Australia.
Editor: Tuty Ocktaviany