Bateeq Tampikan Kelir Pewayangan di Plaza Indonesia Fashion Week
JAKARTA, iNews.id – Salah satu produk batik yang mengkhususkan pasar anak muda, bateeq, kembali hadir di acara fashion tahunan dengan kemewahan paling ikonik, Plaza Indonesia Fashion Week (PIFW) 2018. Bateeq mengusung koleksi terbaru yang sarat dengan nilai filosofis Jawa.
CEO dan Direktur Kreatif bateeq, Michelle Tjokrosaputro mengatakan, bateeq menyajikan koleksi musim gugur dan musim dingin 2018/2019 dengan mengambil judul Kelir. Menurut Michelle, Kelir mengacu pada layar yang digunakan dalam kesenian jawa, wayang kulit.
”Wayang berasal dari akarnya, Ma Hyang, pepatah bahasa jawa untuk membawa diri lebih dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa,” kata Micelee di outletnya seusai tampil di catwalk Plaza Indonesia Fashion Week, Kamis (22/3/2018) malam.
Michelle menuturkan, pada pertunjukan wayang kulit penonton menghadap ke layar tempat wayang dikendalikan dan dilakukan oleh seniman di sisi lain.
“Pemirsa hanya melihat siluet karakter-karakter ini ketika lampu sorot bersinar dari belakang. Pertunjukan ini menyajikan banyak tujuan yang melampaui sekadar bentuk seni atau hiburan. Dalang sering melihat mereka pertunjukan sebagai media untuk menyampaikan pesan moral, mendidik masyarakat, dan mengkritik politik atau masyarakat,” kata Michelle.

Dia menjelaskan, pertunjukan ini menonjolkan dua motif, yaitu Arjuna Kenanga dan Awan Pohon. Dalam bahasa Sansekerta, 'Arjuna' secara harfiah berarti menjadi murni dalam tubuh dan pikiran. Sementara bunga magnolia (kenang) adalah simbol yang mengekspresikan rasa hormat seseorang kepada leluhurnya. Dengan demikian Arjuna Kenanga mengingatkan pada leluhur yang sering menyimpan banyak kebijaksanaan dan norma-norma kehidupan.
Di sisi lain, Awan dan Pohon mengambil inspirasi dari pegunungan di cerita wayang yang menggambarkan alam semesta dan isinya, yakni binatang, hutan, dan manusia.
”Dengan mengambil ilustrasi ini serta menggabungkannya pada pola batik mega mendung, kawung dan parang, motif Awan dan Pohon mengajarkan manusia untuk meniru alam, kita belajar untuk menjadi tenang, kuat dan tumbuh secara berkelanjutan,” tutur dia.
CEO dan Direktur Kreatif bateeq Michelle Tjokrosaputro.
Selain itu, Kelir juga bisa diterjemahkan sebagai kata Jawa untuk 'warna'. Untuk alasan ini, pakaian-pakaian tersebut menampilkan beragam solid dan warna yang hidup. Motif menggunakan pemblokiran warna sementara masih mempertahankan nuansa gelap untuk mencerminkan musim gugur dan musim dingin.
Beberapa potongan menggunakan kain dengan warna yang sama tetapi dengan sedikit variasi nada. Ini adalah ketika seseorang melihat secara dekat bahwa perbedaan-perbedaan ini dapat dilihat.
“Ini mengilhami desainer bateeq untuk bermain dengan trompe l'oeil, seperti kebanyakan sulaman dan cetakan karet cermin warna kain shell. Pakaian mungkin tampak sederhana dari jauh, tetapi perbedaan dalam detail, tekstur dan volume terlihat dari sudut pandang yang lebih dekat,” papar Michelle. ”Dengan menggunakan teknik pemotongan laser, potongan dibuat pada kain untuk menciptakan efek bayangan,”sambung dia.

Koleksinya juga menunjukkan keahlian merek dan meningkatkan penggunaan serat yang lebih sadar lingkungan dan berkelanjutan. Tiga jenis jacquard terbuat dari wol-cupro, katun dan poliester. Bahan lain yang digunakan adalah tencel, cotton jersey, cotton denim, cotton twill, organza polyester, dan wool.
Menurut Michelle, Kelir memberi penghormatan kepada wayang kulit karena menjadi bagian integral dari budaya seni Indonesia. Selain itu untuk menunjukkan ide “bayangan” dalam wayang yang benar-benar menandakan segala sesuatunya jarang seperti kelihatannya.
Koleksi terbaru ini menawarkan berbagai potongan yang dapat dipakai dari hari ke malam, dari santai untuk acara-acara yang lebih formal. Ini menunjukkan kemampuan bateeq untuk mengikuti tren, tetapi juga untuk tetap setia pada identitas Indonesia.
“Hingga saat ini bateeq memiliki 80 lokasi di seluruh Indonesia. Kami memang sengaja menciptakan batik dengan target pasar kalangan muda,” kata Michelle.
Editor: Zen Teguh