Bebas dari Penjara, Rey Utami Ungkap Pernah Ingin Akhiri Hidup karena Tak Bisa Temui Anak
JAKARTA, iNews.id - Rey Utami baru-baru ini dikabarkan telah kembali menghirup udara bebas. Dia dinyatakan bebas dari penjara atas kasus pencemaran nama baik, Minggu, 8 November 2020.
Presenter kelahiran 24 Maret 1987 ini mengungkap keluh kesahnya selama mendekam di dalam penjara 1 tahun 4 bulan. Bahkan, Rey mengaku pernah memiliki keinginan mengakhiri hidupnya.
"Satu tahun empat bulan bukan waktu yang sebentar untuk aku ya di dalam tempat yang tertutup, menjadi orang yang rapuh pada awalnya. Sempat juga aku pengen mengakhiri hidup l," ujar Rey seperti iNews.id kutip dari tayangan Silet, RCTI pada Rabu (18/11/2020).
Dalam kekalutannya, Rey saat itu berpikir mengakhiri hidupnya adalah jalan terbaik yang dapat dilakukan setelah berulang kali sosok anak tercintanya terlintas di pikirannya.
"Dengan enggak ada lnya aku di dunia ini, aku pikir juga enggak bakal sedih lagi karena aku juga nangis setiap hari, enggak bisa ketemu anak. Apa aku minum cairan pembersih lantai aja ya," kata Rey.

Bukan tanpa alasan, niat itu sempat terpikirkan olehnya setelah merasa frustrasi karena tak dapat bertemu dengan sang anak. Rey sempat merasa menjadi sosok orang tua yang tak berguna karena tak dapat berada di samping anaknya.
"Yang paling sedih sih, anak. Kenapa aku harus ada di situ, harusnya aku ada di rumah sama anak-anak," ujar Rey.
"Kalau wanita pernah punya anak atau menyusui, pasti tahu rasanya. Sehari enggak ketemu anak aja susah, apalagi aku di sana rasanya seperti 1000 tahun," katanya.
Rasa bersalah Rey semakin besar ketika mendapati sang buah hati harus dirawat di rumah sakit tanpa kehadiran ayah dan ibunya. Dia pun mengaku sangat terpukul kala itu.
"Kok aku jadi ibu seperti enggak bermanfaat banget. Apalagi waktu dia masuk rumah sakit, dia diinfus kesakitan, mau pulang," ujar Rey.
"Penginnya minimal aku ada di sampingnya dia, tapi sampai akhirnya dia sembuh sampai dia sakit lagi, tapi aku masih di dalam (penjara)," katanya sambil berurai air mata.
Editor: Dani M Dahwilani