Cantik! Desainer Ini Sukses Highlight Arguci Full Payet Khas Banjar di Gaun Kontemporer
JAKARTA, iNews.id - Desainer asal Kabupaten Banjar Putry Any sukses mencuri perhatian di Fashion Show Wastra Nusantara APKASI Otonomi Expo 2025. Karya rancangannya berhasil meng-highlight salah satu keindahan khas Banjar yaitu arguci full payet.
Arguci full payet khas Banjar kerap disebut juga dengan istilah Air Guci. Itu merupakan seni sulaman khas Kalimantan Selatan yang menggunakan teknik payet manik-manik warna keperakan atau keemasan pada kain sasirangan.
Kekhasan dan keistimewaan itu yang coba dihadirkan di karya fashion di ajang fashion show Wastra Nusantara yang digelar di ICE BSD, Tangerang. Seperti apa proses pengerjaan gaun yang dikemas dengan gaya kontemporer ini?
Putry Any bercerita, untuk ajang tersebut, dia membuat empat koleksi yang kesemuanya menonjolkan kearifan lokal khas Banjar. Bukan hanya di arguci full payet, bahkan penggunaan batu khas Banjar yang terkenal dengan keindahannya.
"Karya fashion ini adalah hadiah ulang tahun dari saya dan tim untuk Banjar. Kami bangga bisa menciptakan koleksi ini dan ditampilkan di Fashion Show Wastra Nusantara," kata Putry dalam keterangan resminya, Minggu (31/8/2025).
Mengacu pada informasi yang diberikan Putry, keempat koleksi itu bernuansa evening gown. Modest fashion dipilihnya untuk memberi kesan bersahaja dan sopan.
Bicara soal detail, jika dilihat secara dekat, batu-batu intan berlian khas Banjar yang menjadi ornamen di koleksi menambah kesan mewah sekaligus mempertegas motifnya. Ini tentu membuat pemakainya akan terlihat semakin memesona.
Siluet gaunnya banyak bermain di A Line yang tetap sopan. Namun, ada satu koleksi yang dibuat lebih 'fresh' dengan permainan puffy-sleeve. Ini tentu menunjukkan kualitas Putry yang mampu bermain di banyak style koleksi.
"Proses pembuatan koleksi ini sangat menguras tenaga, waktu, dan kreativitas. Kami mencurahkan segenap hati untuk membuat ini," ungkapnya.
Terlepas dari itu, rupanya koleksi Putry Any ini dilombakan dan sayangnya belum berhasil memenangkan hati juri. Hal itu gegara dianggap tidak sesuai tema acara, yaitu 'Harmony of Life'.
Dalam tema ini, para desainer dituntut menghasilkan busana yang menggambarkan keselarasan, keharmonisan, dan keterkaitan antara kehidupan, alam, dan budaya dalam balutan keseharian.
Putry menerangkan, dia merasa tidak diberikan informasi mengenai tema tersebut, sehingga koleksi yang dibuatnya dianggap kurang relevan dengan tema.
"Kami merasa dirugikan akibat miskomunikasi ini. Tapi, pada dasarnya tujuan saya dan tim mengikuti acara ini untuk memberikan yang terbaik untuk Banjar kebanggaan kami. Saya bangga bisa mewakili Banjar di event ini," kata Putry.
Editor: Muhammad Sukardi