Desainer Migi Rihasalay Bikin Gaun Daur Ulang, Sebar Pesan Cinta Lingkungan

JAKARTA, iNews.id - Desainer muda berbakat Migi Rihasalay baru-baru ini terlibat dalam gelaran Jember Fashion Carnaval 2024. Cerita tentang koleksi busana dibahas selengkapnya di program Morning Update iNews TV, Jumat (4/10/2024). Penasaran? 

Migi Rihasalay sangatlah menginspirasi. Di usia muda, dia sudah banyak melahirkan karya fashion yang bahkan sudah melenggang di pekan mode besar, seperti Indonesia Fashion Week (IFW). 

Baca Juga

5 Tips Tetap Sehat Usai Kalap Makan Hidangan Natal

Terbaru, karyanya muncul di Jember Fashion Carnaval 2024. Di acara itu, Migi tak hanya membuat koleksi fashion pada umumnya, tapi bahan baku yang dipakai adalah benda-benda bekas guna. 

Total ada 12 looks yang dibuat Migi untuk Jember Fashion Carnaval. Kesemuanya adalah fashion daur ulang. 

Baca Juga

Morning Update: Simpel Banget, Begini Cara agar Kain Batik Tulis Tetap Indah Tak Termakan Waktu

"Aku pakai bahan perca sampai plastik bekas pakai yang kemudian dikreasikan menjadi produk fashion siap pakai," kata Migi.

Daur ulang sendiri menjadi tema dari Jember Fashion Carnaval 2024. Tema tersebut sejalan dengan visi Migi yang mana ingin ikut terlibat dalam aksi penyelamatan Bumi dari kerusakan alam akibat ulah manusia sendiri. 

Baca Juga

Morning Update: Pesona Keindahan Batik Minang yang Penuh Filosofi

Di momen itu, Migi menjelaskan beberapa koleksi yang dibawa ke studio Morning Update iNews TV. Namun, yang paling menyita perhatian adalah dress avant garde yang terinspirasi dari burung beo. 

"Itu aku bikin sebulan, dari kain perca yang disusun hingga menjadi pakaian siap pakai. Kain percanya juga aku tambahkan outline agar memberi kesan rapi," kata Migi. 

Dari karya fashion daur ulang ini, Migi coba menyampaikan pesan ajakan cinta lingkungan kepada masyarakat, terutama generasi muda sebagai generasi penerus. 

Dia juga membuktikan kalau benda yang dianggap sampah, masih bisa dipergunakan jika diolah dengan benar. Ya, seperti perca-perca yang ternyata masih bisa dipakai lagi untuk jadi pakaian.   

Editor: Muhammad Sukardi