Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bangga! Film Pangku Garapan Reza Rahadian Borong 4 Penghargaan di BIFF 2025
Advertisement . Scroll to see content

Hannah Al Rashid Bicara soal Kesetaraan Gender di Industri Film Indonesia

Rabu, 22 April 2020 - 23:31:00 WIB
Hannah Al Rashid Bicara soal Kesetaraan Gender di Industri Film Indonesia
Hannah Al Rashid bicara soal kesetaraan gender di industri film. (Foto: Instagram)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id – Aktris cantik Hannah Al Rashid melihat industri perfilman Indonesia masih belum mendekati level kesetaraan gender. Apa pasal?

Menurut Hannah, belum banyak perempuan yang dapat menduduki posisi penting di dalam industri perfilman.

"Saya lihat masih belum, karena kalau dipikirkan produksi mayoritas di lokasi adalah laki-laki, apalagi stakeholder yang memang keputusan kebanyakan masih laki-laki," ujar Hannah dalam diskusi yang digelar Tokopedia dengan tema "The Future is Equal" secara daring, Rabu (22/4/2020).

Seorang stakeholder perempuan di industri perfilman dirasa penting agar dapat mendengarkan dan memahami keluhan langsung para pekerja seni perempuan, sekaligus mencari soslusi dan membuat keputusan dari sebuah masalah.

Lebih dari itu, akar permasalahan kesetaraan gender, menurut perempuan yang merupakan duta PBB untuk Indonesia itu berada pada sistem dan budaya patriarki di Indonesia. Selain itu, persoalan kesetaraan gender yang tidak dilihat secara fisik menjadi tantangan tersendiri.

Sehingga kesetaran gender, menurut Hannah berada pada isu mentah, bagaimana mengubah pola pikir manusia bahwa sebenarnya perempuan memiliki potensi yang sangat besar, bukan dianggap sebagai beban keluarga seperti yang ada pada budaya patriarki.

Kembali pada industri perfilman, bintang film "Aruna & Lidahnya" itu merasakan adanya double standard bagi seorang perempuan yang menggeluti profesi seperti dirinya. Standar kecantikan -yang entah siapa yang menciptakan- menurut Hannah, tidak menjadi tuntutan bagi para lelaki.

Double standard juga dirasakan Hannah ketika di lapangan, seseorang laki-laki yang menyuarakan pendapat akan didengar, sementara perempuan akan dicap susah diatur atau bahkan dianggap bawel.

Ekspektasi sosial terhadap perempuan yang menggeluti ini menjadi berat bagi mereka yang menggeluti bidang ini, terlebih tidak ada sistem yang berpihak pada perempuan di industri perfilman, tidak ada cuti hamil atau pun cuti haid misalnya, sebut Hannah.

"Di industri perfilman, if we don't work, we don't eat. Kita harus memikirkan hal seperti ini. Memang tidak gampang bekerja di industri ini," ujar Hannah.

Namun dengan adanya perempuan di jajaran stakeholder, menurut Hannah, akan dapat menciptakan sistem ruang yang aman bagi para perempuan di industri perfilman.

Editor: Tuty Ocktaviany

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut