Imbas Foto Skandal Hasil AI, Akun Taylor Swift Tak Bisa Dicari di Twitter 

JAKARTA, iNews.id – Pengguna X (Twitter) dibuat terkejut dengan nama Taylor Swift yang seolah diblokir oleh platform tersebut. Pasalnya, saat mencari nama tersebut akan muncul pemberitahuan ‘Something went wrong, Try reloading’.

Ini menandakan bahwa nama Taylor Swift diblokir dari kolom pencarian media sosial X (Twitter). Padahal, akun resmi penyanyi kelas dunia itu masih dapat diakses pada, Sabtu (27/1/2024) sore waktu setempat.

Baca Juga

Bukan Sekadar Engagement, Live Streaming Hadirkan Cara Belanja yang Interaktif

Masalah tersebut diyakini akibat gambar deepfake Swift yang eksplisit secara seksual mulai beredar di internet. Sebuah postingan yang menampilkan foto-foto yang dibagikan melalui X pada, Kamis (25/1/2024) malam.

Foto tersebut telah dilihat sebanyak 47 juta kali sebelum akun tersebut akhirnya ditangguhkan keesokan harinya. Imbasnya, X (Twitter) menutup beberapa akun yang mengunggah ulang gambar palsu tersebut.

Baca Juga

Kocak Ameena Minta Menginap di Rumah Cipung, Reaksi Atta Halilintar Jadi Sorotan

Sayangnya, gambar tersebut telah dibagikan di platform media sosial lainnya dan terus menyebar ke seluruh dunia. Sehingga hal tersebut membuat penggemarnya membuat tagar “Protect Taylor Swift” yang menjadi tren di X (Twitter).

Bukan hanya di X (Twitter), Threads maupun Instagram juga melakukan hal yang sama untuk melindungi Taylor Swift. Saat mengetik “Taylor” di kotak pencarian, maka akan ditampilkan pesan yang mengatakan bahwa istilah tersebut “terkadang dikaitkan dengan aktivitas organisasi dan individu berbahaya.”

Melansir Billboard, Gedung Putih angkat bicara mengenai masalah tersebut dan menyerukan undang-undang untuk melindungi korban pelecehan online. Sekretaris pers Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, menyebut insiden tersebut “mengkhawatirkan,” dan dampak negatif dari AI adalah sesuatu yang menjadi fokus pemerintahan Joe Biden.

“Tentu saja Kongres harus mengambil tindakan legislatif. Itulah cara Anda menangani beberapa masalah ini. Kami tahu bahwa lemahnya penegakan hukum berdampak besar pada perempuan dan anak perempuan, yang sayangnya merupakan target utama pelecehan dan pelecehan online,” kata Jean-Pierre.

CEO Microsoft Satya Nadella menyebut deepfakes “mengkhawatirkan dan mengerikan” dalam sebuah wawancara dengan NBC Nightly News. Dia juga mengatakan bahwa perusahaan AI perlu “bergerak cepat” untuk menerapkan pagar pembatas yang lebih baik.

Editor: Elvira Anna