Kisah Artis Keturunan Tionghoa Mantan Supermodel, Kini Jadi Pendeta Keliling Dunia
JAKARTA, iNews.id - Masih ingat dengan model keturunan Tionghoa tercantik era 1990-an, Tracy Trinita. Wajahnya kerap muncul di berbagai runaway fashion show Indonesia hingga New York.
Pada masa kejayaannya, wajah Tracy begitu memesona. Maklum dia menjadi satu dari sedikit model berwajah oriental dengan mata sipit. Namun berkat wajah orientalnya itu, wanita 1980an ini begitu dikenal sangat unik. Belum lagi tubuhnya yang tinggi semampai membuatnya layak dinobatkan sebagai supermodel.
Namun menjadi supermodel tidak membuat Tracy bahagia. Sebaliknya dia malah merasa hidupnya hampa. Hak itu berawal saat usianya masih 14 tahun, Tracy berpikir bahwa kebahagiaan harus memiliki banyak uang dan ketenaran. Filosofi ini tercipta karena kehidupan glamour yang dia miliki sejak memasuki dunia modeling.
Saat beranjak 19 tahun, supermodel cantik ini merasa bahwa dua hal tersebut tidaklah cukup. Dia masih merasa hampa.
“Jadi bukan kesepian, karena aku punya banyak teman di New York. Bukan juga karena homesick, karena aku bisa pulang kapan aja, setahun bisa dua-tiga kali,” ujar dilansir dari Youtube Daniel Mananta.
“Tapi ini hampanya aneh gitu, jadi kayak suatu rasa masuk ke ruang kosong, hening, dan tidak ada apa-apa rasanya. Dan aku coba untuk isi dengan pesta, tapi still, you come home you still have to face the emptiness,” katanya.
Selama mengalami kegelisahan ini, jalan Tracy untuk bertaubat semakin terbuka. Seorang teman yang mengajaknya ke gereja hingga mengubah hidup Tracy menjadi lebih baik seperti saat ini.
Tracy mengaku bahwa proses bertaubatnya cukup menantang sehingga dia memiliki banyak pertanyaan mengenai agama Kristen yang hendak dia anut.
Tinggalkan dunia modeling dan ketenarannya, Tracy memilih untuk lebih beriman kepada Tuhan. Dia bahkan menyerahkan diri terhadap Tuhan untuk menjadi pendeta yang melayani umat Kristiani berkeliling dunia.
Tracy pun mulai merubah passionnya ke dunia bisnis, entertain, dan rohani. Selain itu, dia juga memiliki ketertarikan menulis dan pernah menjadi penulis di beberapa majalah. Kecintaannya pada agama juga membuatnya rutin menghadiri acara gereja setiap hari Minggu 3x.
Lambat-laun dia mulai banyak mengenal ilmu agama sehingga membuat Tracy memutuskan untuk percaya. Tak sampai disitu, seolah Tuhan sedang menuntunnya mencapai kemenangan, Tracy mendapatkan tawaran beasiswa untuk kuliah Teologi di Oxford.
“Aku berdoa, Tuhan kalau Tuhan mau aku menjadi full-timer di gereja kirim pendeta dong untuk konfirmasi bahwa saya akan menjadi seorang pendeta di sebuah gereja,” ujarnya.
Lagi-lagi, Tuhan mempermudah jalannya sehingga Tracy mendapat tawaran dari seorang pendeta di Gereja IES yang merupakan gereja besar berbahasa Inggris di Jakarta. Dia pun melayani Tuhan selama 4 tahun hingga pada tahun 2013 pindah tempat kerja di yayasan apologi terkenal, Ravi Zacharias International Ministry, Singapura sebagai penginjil.
Editor: Elvira Anna