Kisah Asmara Titien Sumarni Artis Tercantik Era 1950-an, Menikah Muda dengan Paman, Bercerai dan Berganti-ganti Pasangan
JAKARTA, iNews.id - Pencinta film-film lawas Tanah Air tentu mengingat sosok Titien Sumarni. Dia merupakan aktris cantik top era 1950-an yang telah membintangi puluhan judul film selama lima tahun eksis di industri hiburan.
Kariernya sebagai aktris film sangat popular di era itu, hingga dia dinobatkan sebagai Ratu Layar Perak oleh sejumlah majalah di Tanah Air pada 1954. Bahkan kabarnya, Titien juga merupakan aktris favorit Presiden Soekarno.
Film pertama Titien adalah Seruni Laju (1951). Kemudian, namanya melejit saat bermain dalam film Putri Solo (1953). Setelah itu, dia membintangi puluhan judul film pada 1953-1954 seperti Dewi dan Pemilihan Umum (1954), Antara Tugas dan Tjinta (1954), Klenting Kuning (1954), Lewat Djam Malam (1954), dan Perkasa Alam (1954).
Kesuksesannya sebagai aktris ini bahkan membuat dia cukup percaya diri mendirikan perusahaan film sendiri bernama Titien Sumarni Motion Pictures. Di sana, Titien memproduksi sejumlah film seperti Putri dari Medan (1954), Mertua Sinting (1954), Tengah Malam (1955), Sampah (1956), dan Saidjah Putri Pantai (1956).
Sayangnya, kesuksesan kariernya berbanding terbalik dengan kisah cintanya. Sebelum tenar jadi artis, Titien sempat menikah muda dengan pamannya sendiri bernama Mustari di usia 16 tahun. Kabarnya Titien menikah dengan sang paman usai ditinggal kekasihnya.
Sejak itulah Mustari menemani Titien berlatih mengembangkan bakatnya di dunia seni peran. Di tengah kariernya yang bersinar, Titien dan Mustari lalu bercerai. Setelah itu, perempuan kelahiran Surabaya 1932 ini dikabarkan terlibat skandal dengan beberapa orang penting.
Mengutip dari kanal YouTube Mesin Waktu, Jumat (10/9/2021), majalah Selecta terbitan 13 Juni 1966 mengabarkan bahwa Titien ada main dengan pengusaha asal Minahasa, bupati Jombang, dan beberapa pejabat di Bandung. Bahkan, dia disebut-sebut mempunyai lima anak dari pria yang berbeda-beda.
Tiga tahun setelah kariernya redup, yakni pada 1959, publik dikejutkan dengan kabar Titien yang ditemukan berjalan tanpa alas kaki di Kota Bandung. Saat itu, Titien disebut depresi karena gagal meminta pertanggungjawaban pada seorang pria yang pernah menghamilinya.
Lama tak terdengar, kabar heboh datang pada 1966. Tepatnya pada Mei 1966, Titien dikabarkan meninggal dunia di usia 33 tahun dalam keadaan memprihatinkan. Dia meninggal dalam keadaan miskin di Kota Bandung, Jawa Barat.
Sebelumnya, Titien diketemukan tergeletak di sebuah bangsal rumah perawatan sebagai pasien dari seorang paranormal bernama ‘Mamih Aceng'. Dia dikabarkan menderita sakit paru-paru dan sempat dirawat di rumah sakit sebelum meninggal dunia.
Kabar kematiannya saat itu simpang siur. Seorang wartawan menyebut bahwa Titien meninggal bukan karena sakit paru-paru. Dokter yang merawatnya bahkan menyebut kondisi Titien sempat membaik saat dirawat, namun kembali memburuk usai dia mengonsumsi kiriman makanan ketan hitam dari orang tak dikenal. Tak lama dari itu, dokter tersebut kembali meralat pernyataannya dan menyebut Titien meninggal dunia karena penyakit komplikasi yang sudah lama dideritanya.
Editor: Elvira Anna