Kisah Hidup S Bagio, Tinggalkan Kuliah di UGM Jadi Pelawak Top Era 1970-an
JAKARTA, iNews.id - Nama S Bagio terkenal sebagai seorang pelawak yang populer di era 1970-an. Masyarakat pun mengenal S Bagio sebagai pengocok perut yang handal bersama grup lawaknya, Bagio Cs.
Namun, tidak begitu banyak yang tahu tentang latar belakang sang pelawak sekaligus aktor legendaris asal Purwokerto ini.
S Bagio, adalah seorang anak lelaki satu-satunya dari keluarga Siswo Soewarno. Ayahnya, merupakan seorang Asisten Wedana Sumbang, Purwokerto, Jawa Tengah.
Melansir dari situs Ensiklopedia Jakarta, Jumat (17/9/2021), ayahnya menginginkan agar Bagio bisa jadi ambtenar atau pegawai negeri. Tetapi, Bagio muda justru tertarik dengan dunia lawak lantaran ajakan temannya, Dradjat, di tahun 1952.
Sebagai seorang anak dari pamongpraja, Bagio tidak hanya menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat sekolah menengah atas (SMA). Tetapi, dia juga sempat meneruskan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), namun tidak selesai.
Ya, pria kelahiran 3 Maret 1933 ini rela meninggalkan kuliahnya demi menyongsong kariernya di dunia lawak. Di Yogyakarta, Bagio berhasil memenangkan kejuaraan melawak, bersama Eddy Sud dan Iskak, yang menjadi titik awal kariernya sebagai pelawak.
Usai memenangkan kejuaraan itu, Bagio pun hijrah ke Jakarta pada 1960 dan membangun karier di sana bersama grup lawaknya, E.B.I, yang terdiri dari Eddy Sud, Bagio, dan Iskak. Di tahun itu, Bagio juga mulai bermain film seperti Gaja Remadja (1960), Berabe (1960), Darah Tinggi (1960), Istana yang Hilang (1960), Lompong Sagu (1960), Mak Tjomblang (1960), Si Djimat (1960), dan Teruna Djenaka (1960).
Kariernya sebagai pelawak dan bintang film semakin melejit usai dia menjadi bintang utama dalam film Matt Dower (1969), bersama artis cantik pada masanya, Rahayu Effendi. Namanya di dunia lawak juga semakin menonjol setelah dia bergabung dalam grup Bagio Cs yang terdiri dari S Diran, Sol Soleh dan S Darto.
Selama berkarier sebagai pelawak dan pemain film, Bagio beberapa kali meraih penghargaan. Di antaranya Pemeran Utama Pria Terbaik di ajang Festival Film Indonesia (FFI) pada 1982. Kemudian di tahun yang sama, Bagio juga menerima penghargaan sebagai Best Indonesia Clown (Gold Gufo) pada 27 Maret 1982.
Selain pelawak dan pemain film, Bagio juga dikenal sebagai bintang iklan, salah satu anekdot yang hingga kini masih populer adalah, ‘kalau sudah duduk lupa berdiri’. Dia juga pernah menjadi penulis skenario film dan asisten sutradara.
Pada 1993, tepatnya pada 29 Juli, S Bagio berpulang ke pangkuan Ilahi. Dia meninggal dunia di umur 60 tahun. Kepergian S Bagio meninggalkan 11 orang anak, puluhan karya film dan gaya lawakannya yang halus dan mendidik.
Editor: Elvira Anna