Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ariana Grande Terkena Covid-19 hingga Sejumlah Acara Dibatalkan, Begini Kondisinya
Advertisement . Scroll to see content

Kisah Sudarman Jadi Perawat Pasien Covid-19, Sesak Pakai APD hingga Tak Bisa Bertemu Anak

Rabu, 10 Juni 2020 - 13:27:00 WIB
Kisah Sudarman Jadi Perawat Pasien Covid-19, Sesak Pakai APD hingga Tak Bisa Bertemu Anak
Pandemi virus corona masih berlangsung hingga kini. (Foto: Antara)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Pandemi virus corona baru (Covid-19) masih berlangsung di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Artinya, perjuangan para tenaga kesehatan baik dokter, perawat, hingga relawan, belum usai sejak Maret silam hingga hari ini.

Para tenaga kesehatan ini merupakan garda terdepan dalam penanganan Covid-19, dengan risiko terpapar yang tinggi. Belum lagi stigma buruk dari masyarakat hingga rasa khawatir terpapar atau membawa virus pada orang-orang tersayang di rumah.

Itulah yang dirasakan Sudarman, salah satu perawat di RSUD Cengkareng, sebagai salah satu rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emerging tertentu, yaitu Covid-19.

Sudarman bertugas di ruang ICU untuk pasien yang terinfeksi virus corona sejak Maret lalu.

“Awal-awal saya merawat, jujur, saya merasa khawatir dengan paparannya. Apalagi di awal itu, APD (alat pelindung diri) sangat kekurangan, masker terbatas, sehingga kerja itu merasa khawatir dengan APD yang kurang,” tuturnya dalam ‘virtual press conference Accor dan Habitat For Humanity Indonesia’, Rabu (10/6/2020).

Tak berhenti sampai di situ, para perawat juga harus tahan gerah dan sesak ketika bekerja mengenakan APD yang lengkap.

“Saya di ICU itu, pasien membutuhkan perawatan total, segalanya dibantu. Contohnya memandikan pasien, kita membantu memandikan dengan menggunakan APD lengkap, hazmat, masker. Jujur di awal memang merasa terbebani, karena enggak bisa leluasa, merasa panas, gerah, dan sesak,” katanya.

Sudarman menceritakan, di waktu pertama kali menggunakan APD lengkap selama satu jam, dan dirinya merasa pusing, hingga sempat terpikir untuk menyerah. “Pernah pengen keluar aja, pengen ngelepas semuanya, tapi akhirnya saya tahan juga,” ujarnya.

Belum tentang stigma dan rasa khawatir membawa virus dari tempat kerja ke dalam rumah. Apalagi di rumah, Sudarman mempunyai anak kecil yang perlu dijaga agar tak tertular.

“Saya sadar diri dengan terjun langsung, saya membatasi diri untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Anak saya, saya titipkan ke tetangga saat saya pulang, biar tidak tertular. Jadi, saya enggak ketemu anak sama sekali. Ya, sedih, khawatir, campur aduk,” ucapnya.

Kini, Sudarman tak lagi pulang ke rumah. Dia menginap di tempat singgah yang disediakan oleh kerja sama antara Habitat For Humanity Indonesia dan perusahaan perhotelan multinasional Accor.

Meski masih belum bisa bertemu anak, istri dan keluarganya, Sudarman sesekali menghubungi mereka lewat sambungan telepon atau video call. Di luar dari suka duka yang dilaluinya sebagai perawat bagi pasien Covid-19, Sudarman tetap merasa bangga.

“Saya sangat bangga karena bisa terpilih menjadi perawat yang merawat pasien Covid-19 di ICU. Karena melihat di media-media tentang perjuangan teman-teman, jadi hati saya tergerak, karena tidak semua bisa menjadi perawat untuk pasien Covid-19,” ucapnya.

Editor: Tuty Ocktaviany

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut