Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : The Flying Cloth: 25 Tahun Merdi Sihombing, Padukan Budaya dan Fesyen Berkelanjutan
Advertisement . Scroll to see content

Limbah Kain Jadi Masalah Lingkungan, Kini Sustainable Fashion Bukan Lagi Sekadar Tren

Kamis, 09 Maret 2023 - 19:53:00 WIB
Limbah Kain Jadi Masalah Lingkungan, Kini Sustainable Fashion Bukan Lagi Sekadar Tren
Limbah kain jadi masalah besar bagi lingkungan, sustainable fashion kini bukan lagi sekadar tren. (Foto: Istimewa)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Limbah fashion menjadi salah satu masalah lingkungan yang terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Sebab itu, belakangan muncul tren sustainable fashion yang lebih ramah lingkungan.

Saat ini pun, fashion ramah lingkungan tidak lagi menjadi tren semata. Namun, ini dijadikan sebagai gaya hidup sebagai salah satu upaya mengurangi limbah fashion yang mencemari lingkungan.

Hal ini diungkapkan pendiri Slow Move Bazaar Isabella Indrasasana. Dia mengatakan, limbah fashion seperti kain adalah jenis yang paling merusak lingkungan.

"Dari dulu saya selalu ingin bekerja dalam bidang fashion. Untungnya saya bisa mengunjungi pabrik untuk melihat produksi dan bagaimana pakaian dibuat. Namun, ketika saya melihat ke luar jendela, ada sebuah desa besar yang dipenuhi dengan limbah kain yang sebenarnya merupakan salah satu jenis limbah yang paling merusak lingkungan," kata Isabella Indrasasana, seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (9/3/2023).

Lambat laun, dia akhirnya menyadari bahwa kain-kain sisa atau sampah fashion itu tidak dapat terurai di alam. Inilah yang menjadi masalah baru untuk lingkungan.

“Inilah mengapa keberlanjutan adalah nilai inti dari Slow Move, dan itulah yang menjadi jati diri. Alasan utama mengapa saya menciptakan Slow Move adalah agar saya dapat mendorong penjual dan pembeli untuk mengubah cara mereka berbelanja dan berjualan dengan cara yang lebih ramah lingkungan,” ujar dia.

Kini, kata dia, gerakan sustainable fashion telah berkembang menjadi sebuah komunitas. Ini terdiri dari para aktivis muda yang sadar akan fashion dan sadar akan gerakan ramah lingkungan.

Bukan hanya itu, muncul pula kesadaran untuk bangga dan mau menggunakan produk-produk fashion berkelanjutan buatan lokal. Selain untuk mengurangi limbah fashion, juga sebagai bentuk dukungan kepada produk-produk lokal.

"Sustainable fashion bukan hanya jenis fashion, tetapi juga gaya hidup. Kita harus menganggap sustainable fashion sebagai sebuah penyebab, bukan sebagai tren, karena kita tidak akan maju jika memperlakukannya seperti fast fashion," ujar dia.

Slow Move Bazaar sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyelenggaraan acara dengan tujuan menyediakan platform fisik untuk berkembangnya kultur slow movement di Indonesia. 

“Melalui Slow Move Bazaar, saya berharap bisa menerapkan hubungan di antara sustainability dan fashion melalui lifestyle yang kami kurasi agar warga Indonesia bisa menjadi bagian dari komunitas peduli lingkungan yang tetap fashionable,” kata Isabella.

Slow Move Bazaar sendiri adalah bazar keempatnya yang dihelat pada 4 - 5 Februari 2023 di AD Premier, TB Simatupang. Bazaar tersebut diramaikan oleh lebih dari seratus tenant dan 4.500 pengunjung lebih.

Tercatat sejumlah influencer dan artis tersohor hadir di Slow Move Bazaar. Mereka di antaranya Fujianti Utami Putri, Rebecca Klopper, Fadly Faisal, Saraob Tumiwa, Greta Iren, Lulalahfah dan juga Roy CDC.

Editor: Siska Permata Sari

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut