Lukman Sardi Nilai Wayang Orang dengan Konsep Modern Lebih Diminati Anak Muda
JAKARTA, iNews.id – Ada kesan mendalam bagi Lukman Sardi setelah memerankan sosok Sukrasana di pementasan wayang orang Sang Sukrasana, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Minggu (17/11/2019). Apa itu?
“Lumayan challenge sih dengan gerakan-gerakannya segala macam. Lumayan capek karena ada koreografi fighting," katanya ditemui usai pementasan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Minggu (17/11/20190).
Lukman Sardi mengaku melakukan latihan intensi selama dua hingga tiga bulan untuk persiapan Sang Sukrasana. Dan, hasil dari latihan tersebut dibuktikan dengan keriuhan para penonton saat mendengar guyonan Lukman di panggung.

"Ini penting sih, wayang orang dengan kemasan campuran modern. Emang harus disiasati gitu, supaya anak muda juga ikutan senang,” ucapnya.
Lukman kembali menambahkan, “Makanya tadi kan konsepnya ada breakdance, ada segala macam lah. Ini juga bukan wayang yang serius, ada banyolannya juga, konyol segala macam."
Lukman mengatakan, pementasan wayang dengan konsep guyonan modern, tentu akan menarik anak-anak muda. Dia berharap pementasan wayang seperti ini akan terus ada dan lebih fresh.
Seperti diketahui, Sukrasana merupakan tokoh wayang asli dari Indonesia, bukan dari Mahabarata. Cerita klasik Sukrasana dan sang kakak, Sumantri terjadi jauh sebelum Mahabrata yang konon saat para dewa-dewi masih hidup berdampingan dengan manusia.
Sukrasana adalah sosok ksatria sakti mandraguna yang dilatih oleh salah satu dewa terkuat di kahyangan, yakni Batara Indra. Sukrasana yang memiliki kekuatan luar biasa memiliki wajah yang menyerupai buto kecil, menyeramkan dan buruk rupa.
Sedangkan kakaknya, Sumantri merupakan ksatria yang ambisius dan tampan rupawan. Dalam banyak hal, Sukrasana sangat menyayangi kakaknya dan selalu ada untuk membantu kakaknya dalam peperangan atau dalam kesulitan dengan kekuatannya tanpa pamrih. Kisah Sumantri dan Sukrasana memiliki akhir tragis ketika kesetiaan dikhianati oleh ambisi.
Sang Sukrasana melibatkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia lintas generasi dan kalangan, dari Wayang Orang Bharata, PATI serta prajurit TNI dan Polri, para purnawirawan, serta tokoh-tokoh pencinta wayang orang yang diisi pula oleh Lukman Sardi sebagai Sukrasana, Maudy Koesnadi sebagai Dewi Citralangeni, Asmara Abigail sebagai Dewi Citrawati, Ruth Marini, Inayah Wahid, dan Tina Toon.
Editor: Tuty Ocktaviany