Mengenang Wawan Wanisar, Pemeran Pierre Tendean di Film G30S/PKI

JAKARTA, iNews.id – Sebagai film propaganda pemerintah, Pengkhianatan G30S/PKI berhasil mengangkat banyak nama aktor-aktor Indonesia dan membuat mereka jadi sosok yang dikenal banyak orang. 

Salah satu aktor yang namanya berhasil digaungkan oleh film ini adalah Wawan Wanisar, pemeran Pierre Tendean.

Baca Juga

Apakah Trauma Bullying Bisa Sembuh?

Wawan Wanisar adalah aktor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada 13 Desember 1949 di Jakarta, dikutip iNews.id dari WikiWand, Rabu (29/9/2021). 

Wawan berhasil debut sebagai aktor pada tahun 1982 lewat film Pengkhianatan G30S/PKI sebagai Pierre Tendean, peran yang hingga kini melekat pada sosoknya.

Setelah berperan di film propaganda tersebut, Wawan pun mengembangkan sayapnya ke berbagai film. Pada tahun 1985 dia berperan sebagai seorang warga di film Matahari-Matahari dan melanjutkan karirnya di film Naga Bonar serta Ayahku di tahun 1987.

Wawan pun terus bergabung dalam berbagai proyek film pada tahun 1990-an dan 2000-an dimana pada rentang waktu itu Ia merilis sebanyak lima film dalam berbagai genre.

Tak cuma berperan di film, Wawan juga sempat bintangi beberapa sinetron televisi sejak tahun 1991 dimana Ia berperan dalam Opera Tiga Jaman dan berlanjut ke tahun-tahun berikutnya bahkan hingga tahun 2010-an.

Beberapa karyanya yang terbaru lahir di dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2019, Wawan terlibat dalam sinetron Mahar 30 Juz dimana Ia berperan sebagai sosok Haji Yahya. Wawan juga bergabung dalam serial web berjudul Terompet Tahun Baru yang dirilis pada tahun ini.

Dari sisi film, Wawan pada Februari lalu turut ramaikan film BerhentiDiKamu dimana Ia berperan sebagai Pak Broto di samping aktor-aktor sekelas Roger Danuarta, Cut Meyriska, dan Roy Marten.

Meski dia masih memiliki proyek yang belum dirilis, yaitu film Cinta Tanpa Tapi, sayangnya Wawan sudah terlebih dahulu dijemput Sang Pencipta pada 29 Maret kemarin. Sebagai sosok yang taat agama, Wawan diketahui meninggal secara tenang di kediamannya.

Editor: Dyah Ayu Pamela