Perayaan Cinta Budaya Jawa ala Bramanta Wijaya lewat Koleksi 'Tresno'
JAKARTA, iNews.id - Banyak cara bisa dilakukan dalam mengekspresikan rasa cinta pada negeri. Desainer busana Indonesia, Bramanta Wijaya, misalnya, menampilkan koleksi 'Tresno' sebagai bentuk perayaan cinta pada akar dan budaya Indonesia, terutama budaya Jawa yang tertuang cantik di bagian terakhir rangkaian trilogi koleksinya.
Melalui koleksi 'Tresno', Bramanta Wijaya merayakan cinta kepada Tuhan, keluarga, dan akar budaya. Kecintaan tersebut direfleksikan lewat simbol-simbol pada motif dalam busananya di koleksi 'Tresno', yang mana sangat kental dengan nuansa Budaya Jawa.
"Budaya Jawa di mana dia mengakar, peranakan China dan Eropa yang menjadi pengaruh unik dalam koleksi ini," katanya dalam pernyataan yang diterima iNews.id, Senin (10/12/2018). Inilah kemudian yang menjadi ‘Tresno’ sebagai koleksi sarat akan cinta pada budaya Indonesia secara majemuk.
Kentalnya budaya Jawa pada koleksi ini tak hanya lewat namanya, yang mana 'Tresno' memiliki arti cinta dalam bahasa Jawa, tetapi juga sentuhan motif kontemporer dalam busana-busananya. Di koleksi ini, Bramanta menuangkan motif-motif batik peranakan Jawa dan China dalam balutan busana berpotongan gaya Eropa.
Sementara itu, untuk siluet koleksi musim semi 2019 ini, balutan busana Bramanta di koleksi ‘Tresno’ tampak klasik dengan sentuhan tradisional. Dia juga terinspirasi oleh klan Machu dari Dinasti Qing yang menyebabkan busana di koleksi 'Tresno' ini memiliki siluet anggun bak jubah-jubah wanita bangsawan di era Dinasti Qing.
Inspirasi ini tampak dituangkan juga pada gaun-gaun midi berpotongan trapeze. Selain itu, ada pula dominasi kerah Shanghai di setiap gaun. Bustier hadir pula sebagai sentuhan klasik nan elegan yang dipadankan dengan bawahan kain sarung khas kebaya encim.
Untuk detail dan bordir, Bramanta menggunakan motif bunga krisan dan bunga-bunga Eropa yang menjadi sebuah motif khas dari peranakan China dan Eropa. Di koleksinya ini, dia menggunakan warna-warna cerah yang diiringi motif awan dan garis geometris, mengingatkan pada perpaduan budaya di pesisir Utara Jawa.
Editor: Tuty Ocktaviany