Perjalanan "Soeharto" Amoroso Katamsi di Dunia Hiburan

JAKARTA, iNews.id - Dunia hiburan kembali berduka. Amoroso Katamsi, aktor kawakan yang terkenal karena membintangi Presiden RI kedua, Soeharto dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30 S PKI telah meninggal dunia pada Selasa 17 April 2018.

Amoroso mengembuskan napas terakhirnya di RSAL Dr. Mintohardjo, Jakarta di usia 79 tahun. Jenazah kemudian disemayamkan di rumah duka Jalan Kamper No. 9, Kompleks AL Pangkalan Jati, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.

Baca Juga

Jaga Kesehatan Jantung, Ganti Camilan dengan Kacang yang Kaya Manfaat

Kiprah Amoroso Katamsi di dunia hiburan cukup terbilang panjang. Ia telah berkarier di dunia perfilman Indonesia sejak 1976 lewat film Cinta Abadi (1976) yang disutradarai Wahyu Sihombing.

Namun, namanya melambung setelah membintangi beberapa film karya sutradara legendaris Indonesia Arifin C. Noer melalui film-film seperti Menunggu Kelahiran (1976) dan Pengkhianatan G30S/PKI (1984). Di film itulah ia memerankan tokoh sentral menjadi Presiden Soeharto.

Aktor kelahiran Batavia yang saat ini adalah Kota Jakarta ini, pernah beradu akting dengan sastrawan Indonesia, WS. Rendra dalam film Terminal Cinta (1977) yang disutradarai oleh Abrar Siregar.

Berkat dedikasinya di dunia film, Amoroso telah dua kali masuk nominasi Festival Film Indonesia sebagai aktor utama dalam Serangan Fajar (1981) di FFI 1982 dan aktor utama dalam Pengkhianatan G30S/PKI (1983) pada FFI 1984. Ia juga sempat menjabat sebagai Direktur Perusahaan Film Negara pada 1990 yang diangkat langsung oleh Presiden Soeharto.

Tak hanya berkiprah di film, Amoroso juga tercatat pernah membintangi beberapa sinetron Indonesia, seperti Hidayah (2005), Di Atas Sajadah (2006), Hingga Akhir Waktu (2008) dan Tukang Bubur Naik Haji (2013). Sementara karya film dan sinetronnya terakhirnya adalah film Di Balik '98 (2015) dan sinetron Tuhan Beri Kami Cinta (2017).

Sebelum bergelut di dunia akting dalam film dan sinetron, masa kecil dan remaja Amoroso juga dihabiskan untuk kesenian, seperti menari, bersandiwara dan menyanyi.

Selamat jalan, Amoroso Katamsi.

Editor: Tuty Ocktaviany