Profesor HAR Tilaar Meninggal, Martha Tilar Menangis saat Menyalami Sinta Nuriyah di Rumah Duka
JAKARTA, iNews.id – Kepergian Profesor Henry Alexis Rudolf (HAR) Tilaar untuk selama-lamanya, membuat banyak orang kehilangan. Tidak hanya bagi Martha Tilaar sekeluarga, tetapi juga sahabat dan para tokoh di Indonesia yang mengenal dekat sosoknya.
Di antara banyaknya para pelayat yang datang di Rumah Duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta pada Rabu malam 31 Oktober 2019, hadir pula istri mendiang Gus Dur, Sinta Nuriyah, politikus Melani Leimena Suharli, dan Wapres Boediono periode 2009-2014 bersama istri.

Mereka langsung bertemu dengan Martha Tilaar dan memberikan ucapan belasungkawa. Pengusaha kecantikan itu tidak bisa menyembunyikan rasa sedih yang mendalam atas meninggalnya sang suami tercinta. Martha tidak bisa menahan tangis saat menyalami Shinta Nuriyah dan pelayat lainnya.
Sementara itu, acara misa requiem untuk jenazah HAR Tilaar berjalan lancar semalam. Sementara hari ini akan berlangsung misa pada pukul 19.30 WIB.
Kemudian untuk misa tutup peti dan malam kembang akan berlangsung Jumat 1 November 2019, pukul 19.30 WIB. Lalu misa pelepasan dilakukan Sabtu 2 November 2019, pukul 08.00 WIB. Kemudian jenazah akan diberangkatkan dari Rumah Duka Sentosa pada pukul 09.00 dan dikebumikan di pemakaman San Diego Hills, Karawang.

Sebelum meninggal dunia, suami pengusaha kecantikan Martha Tilaar sekaligus seorang akademisi ini memang mengalami sejumlah komplikasi karena faktor usia dan sempat dirawat di RSPAD selama tiga pekan. Hal tersebut diungkapkan salah satu putranya, Kilala Esra kepada wartawan di tempat persemayaman terakhirnya di Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat semalam.
Dalam wawancara singkat itu, Kilala mengenang sosok ayahnya tersebut adalah pria yang sangat menjunjung tinggi pendidikan. Apalagi, sang ayah juga merupakan salah satu tokoh pendidikan Tanah Air sebagai guru besar di beberapa universitas, termasuk Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Kilala mengatakan, sang ayah ingin sekali dikenang sebagai pelayan pendidikan.
"Kalau papa sih bilang kepingin jadi pelayan pendidikan katanya, karena beliau memang kan passion-nya di pendidikan," kata Kilala saat ditemui menjelang prosesi misa.
Mendedikasikan diri di pendidikan, Kilala mengatakan bahwa ayahnya tersebut memiliki banyak karya tulis sebanyak kurang lebih 30. Bahkan, dia masih kerap menulis di tengah-tengah sakitnya.
"Dia bukunya banyak, ada 30 buku. Beliau juga masih menulis buku terakhir itu tahun lalu, dan karya-karya beliau memang banyak untuk pendidikan," kata Kilala.
Selain memiliki passion di pendidikan, Henry Alexis Rudolf Tilaar juga merupakan seorang ayah yang pandai atau mau terjun untuk mengurus anak-anaknya.
"Kalau sebagai ayah, sebetulnya dia ayah dan ibu ya karena Bu Martha kan sibuk sekali ya. Jadi yang ngurusin kita di rumah, ya Pak Alex. Dengan gaya yang santai, dia nggak pernah marah. Pokoknya mendidik kita untuk berpikir terus," ucapnya.
Khusus untuk dirinya, Kilala mengatakan bahwa ayahnya ingin sekali melihatnya memiliki gelar doktor. "Wasiat beliau saja, saya disuruh jadi doktor. Sekarang saya lagi mengerjakan (disertasi), nih," kata Kilala.
Editor: Tuty Ocktaviany