Single Mom, Ini 5 Tantangan yang Harus Dihadapi dan Cara Mengatasinya
JAKARTA, iNews.id - Menurut penelitian yang dilakukan oleh German Socio-economic Panel Study mencatat 80 persen orangtua tunggal di Amerika berstatus single mother. Di samping itu, masih dalam penelitian yang sama tantangan menjadi single mother ketimbang single father jauh lebih besar.
Bukan hanya finansial yang menjadi persoalan, namun juga stigma sosial mengenai perempuan yang hidup sendiri dengan anak menjadi hal yang tabu. Sebab itu ketangguhan perempuan bekerja sendiri sebagai ibu dan ayah wajib dilakukan.
Sebenarnya trik menjadi single mother akan ibu temukan sendiri seiring berjalannya waktu. Tak ada pakem yang benar-benar cocok untuk setiap orang. Ibu perlu bersabar agar tetap kuat menghadapi tantangan yang ada.
Di artikel berikut, kami akan mengulas tantangan sebagai single mom dan bagaimana tips untuk menghadapi setiap tantangan tersebut.
1. Tak memiliki pasangan berbagi tentang perkembangan anak
Tantangan utama menjadi single mother salah satunya tidak punya pasangan untuk berbagi perkembangan anak. Ini menjadi problem yang paling berat.
Di mana-mana orangtua selalu mendiskusikan soal pendidikan yang terbaik untuk anak ataupun solusi paling pas untuk masalah perkembangan anak. Sebagai single mother, ibu harus memutuskan sendiri segala sesuatunya.
Tapi sebenarnya saran ataupun solusi tidak hanya datang dari pasangan saja. Ibu bisa menemukan saran-saran lain dari orangtua, teman yang juga memiliki anak, atau bergabung dengan komunitas single mother.
2. Masalah Finansial
Menjadi single mother membuat ibu memiliki beban finansial yang besar. Solusi tepat masalah ini adalah ibu harus bekerja dan mengatur waktu untuk menjaga anak.
Mempekerjakan babysitter, atau kalau memang dana terbatas, jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada saudara untuk menjaga anak selama ibu bekerja.
3. Pertanyaan Anak Mengenai Ayahnya
Beban seorang single mother, menjelaskan pertanyaan-pertanyaan dari anak yang sulit untuk dijawab jujur. Pertanyaan ini mungkin muncul ketika anak melihat teman-temannya dijemput oleh ayahnya, sedangkan ia sendiri tidak mengalami hal yang sama.
Terlebih ketika anak membutuhkan sosok ayah untuk diajaknya bermain, bercerita, berbagi pengalaman di sekolah.
Sangat sulit bagi ibu untuk menghadapi situasi ini. Karena ibu seolah dipaksa berperan sebagai ayah juga. Kesabaran dan rasa kasih sayang akan memberikan kekuatan kepada ibu untuk mengambil dua peran ini.
Masa awal memang sulit, tapi lama-kelamaan ibu akan terbiasa memegang dua “profesi” ini sekaligus.
4. Kerinduan dan merasa tersaingi saat anak sedang berada di keluarga ayahnya
Tak dibohongi ketika mantan pasangan sudah memiliki keluarga baru, mau tak mau anak akan berkenalan dengan keluarga baru tersebut. Wajar muncul perasaan tersaingi atau juga kangen ketika anak tidak berada di sisi ibu.
Mungkin juga muncul kekhawatiran kalau anak merasa lebih nyaman di lingkungan baru ketimbang bersama dengan ibu.
Susah menghilangkan kekhawatiran demikian. Meski demikian ibu harus merelakan sikap dewasa anak yang berkembang terus menerus. Karenanya, saat mengasuh dan mengarahkan anak, ibu tetap harus membebaskan anak untuk memilih hal-hal yang membuatnya bahagia.
5. Kurang Merawat Penampilan
Kesibukan bisa membuat single mother melupakan perawatan diri. Tak hanya lupa menjaga penampilan, malahan stres dan kurangnya perhatian pada diri sendiri bisa saja terjadi.
Untuk single mother yang punya kesibukan, jangan lupa untuk menjaga “kewarasan” ibu dengan mengambil me time. Bisa dengan salon, menonton di bioskop, atau kegiatan apa pun yang ibu sukai.
Editor: Dyah Ayu Pamela