Tinggal di Pulau Dewata, Begini Pose Cantik Jessica Iskandar dalam Balutan Kebaya Bali

JAKARTA, iNews.id – Jessica Iskandar tak henti-hentinya menarik perhatian lewat keelokan parasnya. Aktris sekaligus model berusia 32 tahun ini selalu berhasil mencuri perhatin lewat pose-pose cantik  nan elegan yang kerap dia pamerkan. 

Terlebih, kini ibunda El Barack Alexander ini telah memilih untuk tinggal dan menetap di Pulau Dewata. Tak heran, Jessica makin sering mengunggah potret dirinya dalam balutan kebaya Bali. 

Baca Juga

Pola Makan Mediterania yang Terkenal di Dunia Bisa Perpanjang Usia, Rahasianya Ada 6!

Berikut ini beberapa pose Jessica Iskandar dengan balutan busa khas perempuan Pulau Dewata yang diunggah di akun Instagram pribadinya, seperti dikutip iNews.id pada Selasa (8/12/2020).

1. Sederhana nan Elegan

Jessica Iskandar sempat mengunggah potret dirinya yang tengah mengenakan kebaya Bali berwarna merah muda. Tak ada aksesori apa pun yang dikenakan Jessica dalam foto tersebut, kecuali sepasang anting kecil yang menghiasi kedua telinganya.

Bahkan, Jessica hanya memberikan sedikit tatanan yang sederhana pada rambutnya. Meski begitu, Jessica tetap terlihat elegan dan memesona dengan balutan kain kebaya tersebut. 

2.  Jalani Prosesi Adat Melukat

Selama menetap di Bali, perempuan kelahiran 29 Januari 1988 diketahui telah melakukan prosesi adat Melukat. Prosesi tersebut diketahui merupakan upacara tradisional Bali yang dilakukan untuk pembersihan jiwa.

Dalam foto yang diunggah melalui akun Instagram pribadinya, Jessica mengenakan kebaya Bali berwarna putih. Dia tampak sangat berkonsentrasi kala menjalani ritual adat Melukat tersebut.

3. Kebaya Berwarna Merah Muda

Jessica nampaknya begitu menyukai kebaya berwarna merah muda yang sempat dikenakannya beberapa waktu lalu. Meski sederhana, Jedar begitu dia popular disapa, memang tampak terlihat seksi dan elegan.

Kali ini dia terlihat membawa sesuatu di tangannya. Jessica pun menuai banyak pujian dari netizen yang menyebut dirinya tampak seperti seorang dewi dari Pulau Dewata.

Editor: Tuty Ocktaviany