GAZA, iNews.id – Puluhan pengungsi dilaporkan tewas dan terluka akibat serangan udara yang diduga dilakukan Israel di pelabuhan Kota Gaza, Kamis waktu setempat. Mayoritas korban merupakan pengungsi yang baru tiba di kawasan pelabuhan dan tengah mendirikan tenda.
Rekaman dari lokasi kejadian menunjukkan kerumunan orang yang membawa korban luka ke ambulans untuk mendapat perawatan medis. Beberapa wanita dan anak-anak terlihat menangis histeris akibat guncangan serangan. Hingga kini, tercatat setidaknya 42 orang meninggal dunia akibat serangan ini.
Perkuat Kerja Sama, Putin akan ke India pada 4-5 Desember
Militer Israel hingga saat ini belum memberikan komentar resmi terkait serangan yang menargetkan pelabuhan di Gaza. Namun, ratusan keluarga di wilayah tersebut terpaksa mengungsi ke selatan kota. Menurut PBB, lebih dari 40.000 orang telah mengungsi secara paksa dalam dua hari terakhir akibat serangan yang semakin intensif.
WHO Cabut Status Darurat Global Cacar Monyet
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan operasi militer Israel di Gaza Utara memicu gelombang pengungsian baru. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyerukan agar kondisi tidak manusiawi di Gaza segera diakhiri.
“Invasi militer Israel dan perintah evakuasi di Gaza Utara memicu gelombang pengungsian baru, memaksa keluarga yang trauma memasuki wilayah yang semakin sempit. Saat kelaparan terus berlangsung, kekerasan yang meningkat menghalangi akses dan mencegah bantuan penyelamat jiwa sampai ke masyarakat. Kami terus menyerukan agar kondisi tidak manusiawi segera dihentikan. Kami juga meminta agar sandera dibebaskan dan gencatan senjata segera diterapkan,” bunyi pernyataan Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam bahasa Indonesia.
Eks Direktur WHO Soroti Kematian Bocah Sukabumi dengan Banyak Cacing di Tubuhnya
Pasukan militer Israel (IDF) mengonfirmasi telah memperluas operasi di Kota Gaza sebagai bagian dari operasi Jiden Chariots, yang bertujuan invasi skala penuh dan pendudukan kota.
Di tengah kondisi tersebut, misi kemanusiaan global Sumut Flotila diterjunkan. Sebuah kapal observer yang mengangkut delegasi dari berbagai negara diberangkatkan dari Pelabuhan Gamar, Tunisia, untuk menembus blokade Gaza dan membuka koridor kemanusiaan. Kapal ini membawa 15 penumpang termasuk kru, serta satu unit speedboat, dan akan bergabung dengan konvoi kapal lain dari Spanyol, Italia, dan Yunani.
WHO: Kematian di Gaza akibat Kelaparan Mencapai Puncaknya
Muhammad Husein, Ketua Koordinator Indonesia Global Peace Konvoy (IGPC), menjadi salah satu penumpang kapal observer. Ia menjelaskan bahwa kapal-kapal dalam misi ini diperuntukkan bagi para tokoh dan anggota steering komite Global Sumut Flotila untuk berpartisipasi dalam misi kemanusiaan dalam waktu 24 jam. Indonesia sendiri menyumbang lima kapal kemanusiaan sebagai bagian dari misi ini.
Editor: Komaruddin Bagja