3 Tempat Wisata di Palestina yang Dihancurkan Israel, Warisan Bersejarah Hilang Selamanya
GAZA, iNews.id - Mengetahui 3 tempat wisata di Palestina yang dihancurkan Israel penting untuk mengingatkan dunia bahwa dampak perang bukan hanya pada manusia, melainkan juga pada peradaban dan identitas bangsa.
Konflik panjang di Timur Tengah telah meninggalkan luka mendalam, bukan hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi warisan budaya dan pariwisata. Banyak situs bersejarah dan destinasi wisata yang seharusnya menjadi aset dunia justru mengalami kerusakan parah akibat serangan militer.
Berikut adalah tiga contoh nyata destinasi wisata bersejarah di Palestina yang mengalami kehancuran akibat konflik.
Masjid Al-Omari adalah salah satu masjid tertua dan paling bersejarah di Gaza. Bangunan ini awalnya berdiri sebagai kuil Romawi, kemudian berubah menjadi gereja Bizantium, hingga akhirnya dijadikan masjid pada abad ke-7.
Dengan arsitektur khas Islam klasik, Al-Omari sering menjadi destinasi wisata religi sekaligus bukti panjangnya sejarah peradaban Palestina.
Namun, pada tahun 2014 masjid ini mengalami kerusakan besar akibat serangan udara Israel. Kubah dan menaranya hancur, sementara ruang shalat utama luluh lantak.
Meskipun beberapa kali dilakukan renovasi oleh masyarakat setempat, kondisinya kini masih jauh dari bentuk aslinya. Banyak wisatawan dan peneliti sejarah menyesalkan hilangnya salah satu ikon budaya Gaza tersebut.
Gereja Saint Porphyrius merupakan salah satu gereja tertua di dunia, dibangun pada abad ke-5 Masehi. Lokasinya berada di Kota Gaza dan menjadi bukti keberagaman sejarah Palestina, di mana umat Kristen Ortodoks dan Muslim hidup berdampingan selama berabad-abad. Bangunan bersejarah ini juga menjadi tujuan wisata religi bagi pengunjung lokal maupun internasional.
Sayangnya, pada Oktober 2023, serangan udara Israel menghantam area sekitar gereja ini dan menewaskan puluhan pengungsi yang berlindung di dalamnya.
Meski sebagian struktur utama masih berdiri, banyak bagian bangunan bersejarah itu runtuh, termasuk dinding dan atap. Saat ini, kondisi gereja masih rusak parah, dan upaya pemulihan belum dapat dilakukan secara maksimal karena situasi konflik yang terus berlanjut.
Selain situs keagamaan, banyak rumah bersejarah di Kota Tua Gaza yang juga menjadi daya tarik wisata.
Rumah-rumah ini dibangun dengan arsitektur tradisional khas Timur Tengah, menampilkan ukiran batu yang detail serta halaman luas di tengah bangunan. Banyak wisatawan mancanegara tertarik untuk menjelajahi kawasan ini sebagai cerminan kehidupan masyarakat Palestina sejak ratusan tahun lalu.
Namun, serangan udara Israel pada berbagai periode, termasuk 2021 dan 2023, menghancurkan sebagian besar rumah kuno tersebut. Beberapa bangunan rata dengan tanah, sementara sisanya hanya tersisa dinding setengah runtuh.
Kini, kawasan yang dulunya ramai dikunjungi wisatawan telah berubah menjadi puing-puing, meninggalkan kesedihan bagi warga lokal dan komunitas internasional yang peduli pada warisan budaya.
Kehancuran tempat-tempat wisata di Palestina bukan hanya kerugian bagi warga setempat, tetapi juga kehilangan bagi dunia.
Situs-situs bersejarah tersebut merepresentasikan identitas, budaya, dan peradaban yang telah ada ribuan tahun. Kehilangannya membuat generasi mendatang sulit memahami kekayaan sejarah Palestina.
Selain itu, sektor pariwisata yang sebelumnya dapat menjadi sumber ekonomi warga Palestina kini lumpuh total. Wisatawan mancanegara tidak bisa lagi berkunjung dengan aman, sementara masyarakat lokal kehilangan ruang publik untuk belajar sejarah dan budaya mereka sendiri.
Mengulas 3 tempat wisata di Palestina yang dihancurkan Israel memberikan gambaran nyata betapa besar dampak konflik terhadap warisan budaya dunia. Masjid Al-Omari, Gereja Saint Porphyrius, dan rumah-rumah kuno di Kota Tua Gaza kini tinggal kenangan akibat serangan militer yang tak henti-hentinya. Kehancuran ini seharusnya menjadi peringatan bahwa perang bukan hanya menghancurkan nyawa manusia, tetapi juga meruntuhkan identitas dan sejarah sebuah bangsa.
Editor: Komaruddin Bagja