5 Fakta RS Indonesia di Gaza yang Terdampak Serangan Israel, Dibangun dari Donasi Rakyat RI
JAKARTA, iNews.id - Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Palestina, kembali terdampak serangan udara yang dilakukan Israel, Kamis (9/11/2023) malam. Akibatnya, bangunan RSI mengalami kerusakan dan terancam runtuh.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Lalu M Iqbal menyampaikan, bangunan RSI rusak karena terkena gempuran roket Israel. Kemlu mengutuk serangan 11 rudal Israel ke area sekitar RS Indonesia tersebut.
"Indonesia sekali lagi mengutuk serangan-serangan biadab terhadap warga dan objek sipil, khususnya fasilitas-fasilitas kemanusiaan di Gaza," kata Lalu dalam siaran pers, Jumat (10/11/2023).
Sementara Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia dr Sarbini Abdul Murad memastikan, tiga relawan asal Indonesia di RS Indonesia di Gaza dalam kondisi aman. Begitu pula belasan ribu pengungsi di dalam RS terkonfirmasi selamat saat serangan udara tersebut.
"Benar ada serangan dekat dengan rumah sakit. Alhamdulillah teman-teman relawan kita sehat gak ada sesuatu yang membuat mereka celaka," kata Sarbini.
RS Indonesia di Gaza saat ini juga tidak bisa beroperasi lantaran kehabisan bahan bakar solar untuk menghidupkan listrik. Wilayah Gaza memang tak dialiri listrik sejak eskalasi perang Israel dan Hamas.
"Kamis tanggal 9 November 2023 tersisa solar untuk RSI hanya 1.100 liter dan ini hanya cukup untuk satu hari saja," ujar Direktur RS Indonesia di Gaza dr Atef Al Kahlout.

RS Indonesia di Gaza menjadi salah satu yang diandalkan warga Palestina. Selain untuk berobat, RSI menjadi lokasi berlindung para pengungsi selama perang Israel dan Hamas.
Sebelumnya, RS Indonesia di Gaza juga sudah beberapa kali terdampak serangan militer Israel hingga mengalami kerusakan. Berikut fakta-fakta RSI.
RS Indonesia di Gaza dibangun mulai 14 Mei 2011 dan mulai beroperasi 27 Desember 2015. Bangunan ini berada di atas tanah seluas 16.261 meter persegi yang berlokasi di Bayt Lahiya, Gaza Utara.
Biaya pembangunannya mencapai Rp30 miliar. Sementara bangunan pelengkap kompleks RSI menelan biaya sekitar Rp7,5 miliar dan untuk alat kesehatan serta peralatan lainnya sebesar Rp65 miliar.
Dikutip dari situs MER-C, pembangunan tahap pertama struktur RS Indonesia di Gaza selesai pada akhir April 2012. Pembangunan tahap 2 dimulai pada 1 November 2012 yang diawasi dan dikerjakan langsung oleh relawan Indonesia tergabung dalam Divisi Konstruksi MER-C.
RS Indonesia di Gaza selesai dibangun pada 2015. Penyerahan secara simbolis rumah sakit Indonesia di Gaza dilakukan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Sabtu (9/1/2016) malam oleh Wakil Presiden Indonesia yang saat itu dijabat Jusuf Kalla. Sementara Pemerintah Palestina diwakili oleh Menteri Kesehatan Palestina Jawad Awwad dan masyarakat Indonesia diwakili Presidium MER-C.
JK saat itu menyampaikan, keberadaan rumah sakit tersebut menunjukkan besarnya perhatian masyarakat Indonesia untuk Palestina. RSI di Gaza akan menjadi tonggak yang diingat masyarakat dunia, khususnya Palestina.
Tanah RS Indonesia di Gaza seluas 16.261 meter persegi merupakan wakaf dari pemerintah Palestina di Gaza. MER-C mendapat surat tanah wakaf untuk RSI dari PM Palestina Ismail Haniya pada 3 Mei 2009.
Setelah data tanah lengkap dan seluruh disain RSI disetujui oleh Kemenkes Gaza, maka pada tanggal 2-3 Februari 2011 MER-C mengumumkan tender pembangunan tahap 1. Selanjutnya pada 28 April 2011, kontraktor First Company ditetapkan sebagai pemenang tender dan pembangunan RSI dimulai 14 Mei 2011.
Pembangunan RS Indonesia seluruhnya berasal dari donasi rakyat Indonesia berjumlah Rp126 miliar. Menurut laporan MER-C, tidak ada dana bantuan asing dan juga dari pemerintah Indonesia dalam proses pembangunannya.
Ide, proses desain RS yang mencakup struktur, arsitektur dan Mechanical Electrical (ME) sampai dengan tenaga insinyur dan pekerja teknis yang terlibat dalam proses pembangunan RS Indonesia di Gaza adalah putra-putra bangsa Indonesia yang berstatus sebagai relawan.
Bangunan RS Indonesia disebut sebagai bangunan terunik dan terbesar di Jalur Gaza. Bangunannya yang sebagian besar di wilayah okupansi Israel ini berbentuk segi empat.
Mantan Menteri Kesehatan Palestina di Gaza dr Bassim Naim saat itu mengatakan, rumah sakit ini cantik berbentuk segi 8, secantik hati rakyat Indonesia yang telah bersungguh-sungguh dalam membantu saudara-saudaranya di Gaza Palestina.
"Dengan segenap kesungguhan kita bersama, insya Allah akan menjadi washilah dan penyebab tercapainya pembebasan Masjidil Aqsha dan kemerdekaan Palestina," kata dr Bassim Naim.
Sementara Jamila Shanti yang saat itu menjabat Menteri Urusan Wanita Palestina di Gaza mengatakan, desain RS Indonesia sangat indah. "Rumah Sakit terindah di kota Gaza. Disainnya berkolaborasi dengan Kubah Shakra." kata Jamila, dikutip dari situs MER-C.
RSI di Gaza berkapasitas 100 tempat tidur yang terdiri atas dua lantai dan ruang bawah tanah. Bangunan rumah sakit ini memiliki 90 ruang rawat inap, 10 ruang instalasi gawat darurat, satu laboratorium, satu ruang radiologi, dan 10 ruang perawatan intensif berkapasitas 100-150 pasien.
Rumah sakit di Gaza ini dinamai RS Indonesia setidaknya karena tiga alasan, menurut Menurut MER-C, organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis. Pertama, karena seluruh dananya berasal dari masyarakat Indonesia. Kedua, diharapkan bisa menjadi bukti silaturahmi jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina. Ketiga, memberi pesan bahwa di tanah Palestina ada aset dan sumbangan dari rakyat Indonesia untuk rakyat Palestina.
Editor: Maria Christina