6 Fakta Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Korban Tewas hingga Tuduhan Bom Klaster
JAKARTA, iNews.id - Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja terus memanas. Memasuki hari ketiga pertempuran pada Sabtu (26/7/2025), situasi di perbatasan kedua negara ASEAN ini kian mengkhawatirkan.
Jumlah korban jiwa bertambah, di samping eksodus massal lebih 130.000 warga, hingga tuduhan penggunaan bom klaster yang dianggap tergolong kejahatan perang.
Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan 16 orang tewas hingga Sabtu, terdiri atas 15 warga sipil dan satu tentara, akibat pertempuran yang terjadi sejak Kamis (24/7).
Sementara itu Kementerian Pertahanan Kamboja pada hari ini merilis korban tewas sebanyak 13 orang akibat serangan Thailand di Provinsi Pursat. Dari jumlah itu, 8 penduduk sipil dan 5 personel Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF).
Juru Bicara Kemhan Kamboja Maly Socheata mengatakan 21 personel tentara RCAF terluka. Sementara itu setidaknya 50 warga sipil mengalami luka-luka dengan tingkat keparahan bervariasi akibat serangan tersebut.
Maly tidak menyebutkan korban di pihak Kamboja dalam serangan Thailand pada hari pertama dan kedua. Namun laporan media mengungkap, serangan udara Thailand pada Jumat menewaskan seorang kepala kuil Buddha di Provinsi Oddar Meanchey.
Kementerian Dalam Negeri Thailand menyatakan lebih dari 130.000 warga sipil telah mengungsi dari empat provinsi perbatasan ke 300 lebih penampungan sementara.
Banyak dari mereka melarikan diri dalam kondisi darurat, membawa anggota keluarga dan anak-anak untuk berlindung ke kuil atau bangunan ibadah.
Warga Kamboja juga dilaporkan mulai mengungsi dari permukiman yang dekat dengan garis pertempuran. Suara tembakan dan artileri berat terdengar jelas dari rumah-rumah warga.
Otoritas Kamboja mengevakuasi 35.829 warga sipil dari daerah-daerah berisiko tinggi di Provinsi Preah Vihear, Oddar Meanchey, dan Pursat.