8 Negara dengan Krisis Kelaparan Tertinggi di Dunia, Nomor 1 dari Asia
JAKARTA, iNews.id - Deretan negara dengan krisis kelaparan tertinggi di dunia patut untuk disimak. Daftar tersebut dirilis berdasarkan Indeks Kelaparan Global 2022.
Dalam daftar itu, tingginya tingkat kelaparan dipengaruhi banyak faktor, seperti konflik dalam negeri, perubahan iklim, hingga pandemi COVID-19. Krisis semakin dieprparah dengan adanya perang Rusia vs Ukraina yang membuat pasokan pangan global terganggu.
Dilansir iNews.id dari situs Statista pada Senin (9/1/2023), berikut ini adalah delapan negara dengan krisis kelaparan tertinggi di dunia.
Sejak dimulainya perang saudara pada tahun 2014, kemiskinan meningkat secara drastis di Yaman. Imbasnya, sistem kesehatan masyarakat, air dan sanitasi, serta kesediaan pangan lumpuh total.
Lalu pada tahun 2022, ketergantungan pada impor pangan begitu melesat di negara tersebut. Hal inilah yang membuat negara ini mengalami krisis kelaparan terparah di dunia.
Bahkan sebelum dimulainya konflik Rusia vs Ukraina, harga pangan di Yaman terus meningkat karena depresiasi rial dan kenaikan harga bahan bakar. Namun, ketergantungan khususnya pada Rusia dan Ukraina untuk gandum telah meningkatkan tingkat kerawanan pangan dan mendorong harga barang-barang pokok semakin jauh dari jangkauan.
Republik Afrika Tengah menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan tingkat kelaparan tertinggi di dunia. Bencana kelaparan ini terjadi paling parah di tahun 2022.
Serangan kekerasan sektarian telah menggusur satu dari setiap empat orang Afrika Tengah. Imbasnya, angka kelaparan dan kekurangan gizi meningkat tajam.
Hampir setengah dari populasi Madagaskar (48,5%) mengalami kekurangan gizi di tahun 2019 sampai 2021. Efek kelaparan ini menyebabkan hampir 40 persen dari seluruh anak mengalami stunting dan 7,7 persen anak mengalami wasting.
Tak hanya itu, angka kematian anak mencapai 5 persen. Hal tersebut terjadi karena Madagaskar menghadapi kekeringan ekstrem, dari tahun 2019.
Di awal tahun 2022, negara ini juga dilanda topan. Imbasnya, lahan hancur total dan menyebabkan hilanhnya matan pencaharian.
Dalam hal ketahanan pangan, Republik Demokratik Kongo sangat terpukul oleh pandemi COVID-19. Antara tahun 2020 dan 2021, jumlah orang yang menghadapi kelaparan melonjak sebesar 20 persen.
Hal ini dipicu oleh konflik, perubahan iklim, dan krisis ekonomi berkepanjangan. Dampak dari itu semua menyebabkan 72 persen penduduk negara itu hidup di bawah garis kemiskinan.
Konflik dan perubahan iklim menjadi penyebab tingginya tingkat kelaparan dan kekurangan gizi di Chad. Tak hanya itu, Chad juga menampung banyak imigran yang melarikan diri ketidakstabilan di negaranya yang membuat tingkat malnutrisi meningkat.
Pasalnya, mendapatkan makanan yang memadai tentu merupakan tantangan besar bagi setengah juta pengungsi. Dengan faktor tersebut, Chad menjadi salah satu dari beberapa negara di mana tingkat stunting yang sangat tinggi.
Liberia mengalami perang saudara selama 14 tahun, yang berakhir pada tahun 2003. Satu dekade kemudian, negara itu dilanda epidemi Ebola terbesar di dunia.
Tak hanya itu, pertanian di Liberia selalu terkendala keterbatasan peralatan. Dengan demikian, negara ini bergantung pada bahan pokok impor, yang harganya telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena pandemi.
Sebanyak 50 persen dari seluruh jumlah warga Liberia bahkan hidup dalam kemiskinan. Deretan faktor itulah yang menjadi penyebab tingginya tingkat kelaparan dan kekurangan gizi di Liberia.