8 Poin Pembicaraan Trump-Netanyahu Bahas Akhiri Perang Gaza dan Pemulihan Hubungan Israel-Arab
TEL AVIV, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan telah mengadakan pembicaraan diam-diam untuk merancang penghentian perang di Jalur Gaza dalam 2 pekan ke depan.
Langkah ini disebut menjadi bagian dari kesepakatan strategis yang lebih besar, yakni untuk membuka jalan bagi normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab melalui perluasan Perjanjian Abraham.
Pembicaraan yang berlangsung melalui sambungan telepon pada Senin (23/6/2025) itu diikuti pula oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer.
Trump dan Netanyahu sepakat bahwa Israel akan menghentikan operasi militer di Jalur Gaza dalam waktu dua pekan. Langkah ini akan menjadi bagian dari kesepakatan yang lebih luas untuk memulai transisi politik dan diplomatik pascaperang.
Sebagai imbal balik dari penghentian serangan, Hamas diwajibkan membebaskan 50 sandera yang tersisa, 20 di antaranya diyakini masih hidup. Pembebasan sandera menjadi syarat utama untuk memulai proses pascaperang.
Rencana tersebut mencakup pengasingan Hamas dari Gaza. Kelompok itu tidak akan lagi memiliki kontrol pemerintahan atau militer atas wilayah tersebut. Namun, skenario ini dinilai sangat sulit direalisasikan mengingat Hamas masih memiliki basis dukungan yang kuat di Gaza.
Empat negara Arab, termasuk Uni Emirat Arab dan Mesir, disebut akan diminta mengambil alih pemerintahan sementara di Jalur Gaza. Dua negara lainnya belum diungkapkan secara resmi. Negara-negara ini akan bertanggung jawab atas pengelolaan keamanan, pembangunan, dan stabilisasi wilayah.
Trump meminta Netanyahu menyatakan komitmennya terhadap solusi dua negara sebagai bagian dari proses jangka panjang. Namun, dukungan ini bersyarat, yakni Otoritas Palestina harus melakukan reformasi internal.
Tanpa reformasi tersebut, Israel tidak diwajibkan memberikan dukungan lebih lanjut.
Sebagai timbal balik dari dukungan atas solusi dua negara, AS dikabarkan akan mengakui kedaulatan Israel atas sejumlah wilayah di Tepi Barat. Bagian ini diprediksi akan memicu kontroversi luas karena dianggap sebagai pelanggaran hukum internasional dan memperkuat pendudukan Israel atas tanah Palestina.
Dengan berakhirnya perang dan janji solusi dua negara, Trump berharap Arab Saudi dan Suriah akan menyusul dalam menormalisasi hubungan dengan Israel. Ini akan memperluas Perjanjian Abraham ke lebih banyak negara Arab dan Muslim.
Namun, hal ini juga mendapat tentangan keras dari negara-negara Arab yang menegaskan bahwa mereka tidak akan mengambil bagian dalam rekonstruksi Gaza tanpa peran utama dari Otoritas Palestina.
Sebagai bagian dari rekonstruksi, warga Gaza yang ingin keluar akan diterima di beberapa negara ketiga. Namun, rincian mengenai negara tujuan, jumlah warga yang direlokasi, dan mekanismenya belum dijelaskan.
Editor: Anton Suhartono