Amerika Keluarkan Seperempat Persediaan Rudal THAAD demi Lindungi Israel dari Gempuran Iran
WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) dilaporkan menghabiskan hampir seperempat dari total persediaan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) hanya untuk melindungi Israel dari gempuran Iran dalam perang singkat Juni lalu.
Menurut dokumen Departemen Pertahanan AS tertanggal 1 Agustus 2025, Pentagon mengalokasikan dana 498,3 juta dolar AS atau sekitar Rp8 triliun untuk mengganti stok rudal THAAD yang ditembakkan selama operasi tersebut.
Tembakkan 100-150 Rudal
Media pertahanan AS The War Zone melaporkan, militer AS kemungkinan menggunakan antara 100 hingga 150 rudal THAAD selama 12 hari perang. Jumlah itu setara 25 persen dari persediaan rudal strategis milik Washington.
Sumber pertahanan AS menegaskan, keputusan itu diambil karena skala serangan balasan Iran terhadap Israel sangat besar dan berpotensi menimbulkan korban jiwa lebih banyak jika tidak dicegat.
Latar Belakang Perang
Ketegangan bermula ketika Israel melancarkan serangan udara ke Iran pada 13 Juni, menargetkan fasilitas nuklir, pangkalan militer, hingga ilmuwan nuklir Teheran. Serangan itu menewaskan sejumlah jenderal senior, kepala staf umum Iran, sembilan ilmuwan nuklir, dan ratusan warga sipil.
AS kemudian ikut turun tangan pada 22 Juni melalui Operasi Midnight Hammer, dengan menghantam fasilitas nuklir Iran di Natanz, Fordow, dan Isfahan menggunakan bom penghancur bunker serta rudal dari kapal selam dan pesawat pengebom.
Iran merespons dengan menembakkan ratusan rudal balistik ke kota-kota besar Israel. Puluhan orang tewas, ratusan lainnya luka, serta banyak infrastruktur hancur. Namun sebagian besar rudal berhasil dicegat sistem pertahanan udara, termasuk THAAD milik AS.
Perang Berakhir, Biaya Membengkak
Perang berakhir pada 24 Juni melalui gencatan senjata yang dimediasi AS dan Qatar. Meski demikian, konflik singkat ini menunjukkan betapa besar biaya yang harus ditanggung Washington demi melindungi Israel.
Penggunaan seperempat stok rudal THAAD tidak hanya menimbulkan kekhawatiran soal kesiapan militer AS dalam menghadapi ancaman lain, tetapi juga menyoroti ketergantungan Israel pada perlindungan Amerika Serikat di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Editor: Anton Suhartono