AS Bakal Jual Drone Predator ke Ukraina untuk Lawan Rusia, Lebih Mematikan daripada Bayraktar
WASHINGTON, iNews.id - Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan menjual empat unit drone tempur MQ-1C Gray Eagle ke Ukraina. Drone itu bisa menggendong rudal Hellfire untuk bertempur melawan pasukan Rusia.
Beberapa sumber pejabat AS mengatakan, rencana penjualan drone buatan General Atomics tersebut bisa saja terganjal di Kongres. Namun ada kemungkinan kebijakan berubah di menit-menit terakhir. Apalagi Departemen Pertahanan AS (Pentagon) sudah mempelajari penjualan drone tempur MQ-1C ke Ukraina selama beberapa pekan.
Ukraina saat ini menggunakan beberapa drone jarak pendek untuk melawan pasukan Rusia, seperti AeroVironment AVAV.O RQ-20 Puma AE dan Bayraktar-TB2 dari Turki. Berbeda dengan kedua drone tersebut, MQ-1C Gray Eagle bisa terbang hingga 30 jam bahkan lebih, bergantung pada misinya.
Penerbangan yang lama biasanya untuk menunjang misi intelijen yakni pengumpulan data dalam jumlah besar. Keunggulan lain, drone yang juga dikenal dengan nama Predator itu juga bisa membawa hingga delapan rudal Hellfire.
Seorang sumber pejabat AS mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden akan memberi tahu Kongres tentang rencana penjualan ke Ukraina dalam beberapa hari. Setelah itu pemerintah akan mengumumkan ke publik.
Sementara itu pejabat lainnya mengatakan, pemerintah akan menggunakan sebagian anggaran 40 miliar dolar AS yang telah disahkan untuk penjualan dan pelatihan pengoperasian drone kepada tentara Ukraina.
“Secara umum MQ-1C adalah pesawat yang jauh lebih besar dengan berat lepas landas maksimum sekitar 3 kali lipat dari Bayraktar-TB2, dengan keunggulan sepadan yakni dalam kapasitas muatan, jangkauan, dan daya tahan,” kata Dan Gettinger, pakar drone dari Vertical Flight Society.
MQ-1C, lanjut dia, juga bisa membawa berbagai jenis senjata ketimbang Bayraktar-TB2. Drone tempur buatan Turki itu hanya bisa membawa 22 rudal MAM-L seberat 22 kg, sekitar setengah daripada berat Hellfire.
Namun Ukraina tak serta merta bisa langsung menggunakan drone MQ-1C begitu membelinya. Butuh waktu berbulan-bulan untuk pelatihan sistem pesawat tanpa awak kepada tentara Ukraina yang dilakukan General Atomics.
Editor: Anton Suhartono