Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pasukan Suriah Tangkap Pemimpin Senior ISIS Taha Al Zoubi
Advertisement . Scroll to see content

AS Klaim Punya Banyak Bukti Suriah Persiapkan Senjata Kimia di Idlib

Jumat, 07 September 2018 - 15:21:00 WIB
AS Klaim Punya Banyak Bukti Suriah Persiapkan Senjata Kimia di Idlib
Serangan gas klorin ditengarai terjadi di wilayah Ghouta Timur dekat Damaskus, Suriah, pada Februari lalu. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

DAMASKUS, iNews.id - Utusan baru Amerika Serikat (AS) untuk Suriah mengklaim memiliki banyak bukti bahwa pasukan Pemerintah Suriah sedang bersiap menggunakan senjata kimia di Idlib.

Dalam wawancara pertama setelah ditunjuk menjadi utusan untuk Suriah, Jim Jeffrey menegaskan dirinya tidak asal bicara.

"Saya sangat yakin bahwa kami punya landasan yang sangat, sangat baik untuk bisa membuat peringatan ini," kata Jeffrey, sebagaimana dilaporkan Reuters, Jumat (7/9/2018).

"Bagi kami, setiap serangan dapat dilihat secara obyektif sebagai eskalasi yang sembrono. Ada banyak bukti senjata kimia sedang disiapkan," tambahnya.

Masker gas swadaya sedang dicoba di Idlib sebagai langkah antisipasi jika serangan senjata kimia terjadi. (Foto: Reuters)

Jeffrey tak merinci merinci bukti apa yang dia maksud.

Pemerintah Suriah berulang kali membantah memakai senjata kimia.

Meski demikian, para pakar dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), meyakini pasukan Pemerintah Suriah berada di balik serangan yang melibatkan zat Sarin di kawasan kekuasaan pemberontak di bagian selatan Idlib pada April 2017 yang menewaskan lebih dari 80 orang.

Pernyataan Jeffrey mengemuka menjelang pertemuan antara para pemimpin Rusia, Iran, dan Turki pada Jumat (7/9). Baik Rusia maupun Iran menyokong Presiden Suriah Bashar Al Assad, sedangkan Turki mendukung sejumlah faksi pemberontak.

Jeffrey menyebut perlu inisiatif diplomatik besar guna mengakhiri perang sipil di Suriah yang berlangsung selama tujuh tahun terakhir.

Menurutnya, ada komitmen baru dari Presiden AS Donald Trump untuk tetap terlibat di Suriah sampai ISIS dikalahkan sekaligus memastikan para militan dari Iran meninggalkan Suriah.

Jeffrey menilai Presiden Assad tidak punya masa depan sebagai pemimpin Suriah. Walau demikian, dia menyatakan bukan tugas AS untuk melengserkannya.

AS, kata dia, akan bekerja sama dengan Rusia untuk terciptanya transisi politik.

"Saat ini (Pemerintah Suriah) adalah jasad yang duduk di puing-puing dengan hanya setengah dari wilayah Suriah yang berada di bawah kekuasaan rezim di hari yang baik," ujar Jeffrey.

Populasi asli Idlib sudah bercampur dengan para pengungsi dari sejumlah kawasan di Suriah. (Foto: AFP)

Pada Senin (3/9), Kementerian Luar Negeri AS memperingatkan akan merespons serangan kimia yang dilakukan Suriah atau sekutu-sekutunya.

Lantaran pasukan pemberontak sudah dikalahkan di sebagian besar wilayah Suriah, serangan ke Provinsi Idlib boleh jadi merupakan pertempuran besar terakhir dalam perang sipil selama tujuh tahun.

Diperkirakan ada sekitar 30.000 milisi pemberontak dan jihadis di Idlib.

Berdasarkan data PBB, wilayah itu dihuni 2,9 juta orang, termasuk sejuta anak-anak.

Lebih dari setengah dari seluruh warga sipil Suriah pernah mengungsi setidaknya satu kali. Adapun jumlah orang yang memerlukan pertolongan, menurut sejumlah pejabat PBB, bisa meningkat secara dramatis.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut