AS Kurangi Staf Kedubes di Irak, Khawatir Ada Serangan Balasan dari Iran
WASHINGTON, iNews.id - Pemerintah Amerika Serikat bersiap untuk mengurangi jumlah karyawan dan staf di kedutaan besar di Baghdad, Irak. AS tengah mewaspadai potensi ancaman jelang peringatan setahun tewasnya Pemimpin Pasukan Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassem Soleimani.
Pasukan AS di Timur Tengah telah menaikkan kesiapsiagaan setelah tersiar kabar ilmuwan nuklir terkemuka Iran, Mohsen Fakhrizabed, tewas dibunuh pekan kemarin di Teheran. Tak lama berselang, kapal induk USS Nimitz kembali bergerak ke Teluk Persia.
Pejabat Pertahanan AS menjelaskan pengerahan tersebut sebagai langkah dukungan untuk penarikan tentara AS di Irak dan Afghanistan, sebagai bagian dari pembicaraan damai Taliban-Afghanistan.
Bersamaan dengan pembicaraan damai Taliban-Afghanistan, sejumlah fasilitas AS termasuk pangkalan militer kerap jadi target serangan milisi dan proksi yang didukung oleh Iran.
AS ambil langkah jaga-jaga
Washington merespons dengan menyampaikan pernyataan tegas melalui Menlu Mike Pompeo kepada pemimpin Irak bahwa AS mengancam akan menutup kedutaan dan menarik pasukan AS dari Baghdad.
Makin memanasnya ketegangan di Timur Tengah, terutama dengan Iran mendorong AS melakukan sejumlah langkah preventif, termasuk mengurangi staf dan karyawan di kedutaan sementara.
"AS terus menyesuaikan kehadiran diplomatiknya di Keduataan dan Konsulat di seluruh dunia sejalan dengan misinya, lingkungan keamanan lokal, situasi kesehatan, dan bahkan libruan," kata pejabat Pertahanan AS yang tidak mau namanya disebutkan kepada Al-Arabiya, Jumat (4/12/2020).
Pejabat itu tidak memberi perincian dari rencana penyesuaian kedubesnya di Irak. Akan tetapi, Washington memastikan komitmen kemitraan diplomatik yang kuat dengan Irak.
"Duta Besar AS untuk Irak, Matthew Tueller, akan tetap di Irak. Kedutaan akan terus beroperasi," ujarnya.
Ancaman serangan balasan dari Iran
Mengenai kekhawatiran akan serangan Iran terhadap pasukan atau kepentingan AS di Irak pasca-insiden terbunuhnya Fakhrizabed dan
peringatan setahun tewasnya Qassem Soleimani, AS memastikan keselamatan warga dan fasilitas AS jadi prioritas tertinggi.
Iran masih menaruh dendam pada Amerika Serikat yang bertanggung jawab atas serangan drone yang menewaskan Qassem Soleimani pada 3 Januari lalu. Pemimpin Iran menegaskan akan melancarkan serangan balasan kepada AS dan sekutu terdekatnya--Israel--atas tewasnya Soleimani dan Fakhrizabed.
"Pejabat keamanan AS telah mengkhawatirkan peningkatan serangan roket Iran terhadap aset AS di Irak menjelang 3 Januari," kata Randa Slim, pejabat senior Washington di Timur Tengah.
"Kekhawatiran ini menimbulkan rasa urgensi setelah pembunuhan Fakhrizadeh di Iran," lanjutnya.
Editor: Arif Budiwinarto