AS Perintahkan Diplomatnya Tinggalkan Myanmar
WASHINGTON, iNews.id - Para diplomat Amerika Serikat (AS) yang tidak memegang peran penting serta anggota keluarga mereka diperintahkan meninggalkan Myanmar menyusul kondisi di negara itu yang semakin tidak menentu.
Departemen Luar Negeri (Deplu) AS menyatakan, kekerasan oleh pasukan keamanan junta Myanmar semakin mematikan. Hingga Selasa (30/3/2021), sebanyak 510 warga sipil tewas, sebagian besar karena ditembak pasukan keamanan.
Sebenarnya Deplu AS sudah meminta para diplomat non-daruratnya untuk meninggalkan Myanmar sejak 14 Februari, namun sifatnya sukarela. Kini deplu mengeluarkan perintah.
Selain itu deplu juga memperingatkan warganya untuk tidak melakukan perjalanan ke Myanmar.
"Militer Burma telah menahan dan menggulingkan pejabat pemerintah terpilih. Protes dan demonstrasi menentang kekuasaan militer masih terjadi dan diperkirakan akan terus berlanjut," bunyi pernyataan Deplu AS, dikutip dari Associated Press, Rabu (31/3/2021).
Pada Sabtu pekan lalu Pusat Budaya AS di Kota Yangon menjadi sasaran penembakan meski tidak menyebabkan korban luka.
"Kami bisa memastikan penembakan dilakukan di American Center Yangon pada 27 Maret. Tidak ada korban luka. Kami sedang menyelidiki insiden tersebut," kata Juru Bicara Kedubes AS, Aryani Manring, saat itu.
Tidak diketahui siapa yang melepaskkan tembakan, namun pada hari itu, bersamaan dengan peringatan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar ke-76, pasukan keamanan bertindak sangat represif dengan menembaki demonstran.
Hari itu juga menjadi hari paling berdarah sejak kudeta menggulingkan Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, sebanyak 114 warga sipil tewas ditembak dalam sehari.
Editor: Anton Suhartono