AS Tak Dapat Peringatan soal Ancaman terhadap Jurnalis Jamal Khashoggi
WASHINGTON, iNews.id - Amerika Serikat (AS) mendesak Arab Saudi untuk terbuka soal hilangnya jurnalis kontributor The Washington Post, Jamal Khashoggi.
Khashoggi hilang sejak 2 Oktober setelah masuk ke kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, untuk mengambil dokumen terkait rencana pernikahannya dengan perempuan asal Turki.
Pria 59 tahun itu dikenal kerap mengkritisi kebijakan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman. Pada September 2017, Khashoggi meninggalkan Saudi karena mendapat ancaman. Dia lalu pindah ke Virginia, AS. Dia juga sudah mengajukan kewarganegaraan AS.
The Washington Post melaporkan, beberapa pejabat Saudi pernah mendekati Khashoggi untuk menawarkan perlindungan. Tak hanya itu, Khashoggi juga pernah ditawari jabatan tinggi di pemerintahan jika mau pulang. Namun tawaran itu ditolaknya.
Masih dilaporkan The Washington Post, seorang sumber pejabat AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan, para pejabat Saudi pernah membahas rencana untuk memancing Khashoggi keluar dari Virginia lalu menahannya.
Namun semua laporan itu dibantah kementerian luar negeri (Kemlu). Wakil Juru Bicara Kemlu AS Robert Palladino menegaskan, AS tidak pernah mendapat peringatan dini mengenai ancaman konkret terhadap Khashoggi.
"Meskipun saya tidak bisa membahas masalah intelijen, saya dengan pasti dapat mengatakan bahwa kami tidak tahu (kondisi) sebelum hilangnya Khashoggi," kata Palladino, kepada wartawan, dikutip dari AFP, Kamis (11/10/2018).
Kasus ini memicu kemarahan kelompok hak asasi manusia (HAM) dan kalangan jurnalis. Selain itu kasus ini bisa berpengaruh terhadap hubungan antara Arab Saudi dan AS, termasuk dengan Turki.
Editor: Anton Suhartono