Azerbaijan Klaim Rebut 8 Perkampungan di Karabakh, Armenia: Situasi Cepat Berubah
 
                 
                BAKU, YEREVAN, iNews.id - Azerbaijan mengklaim telah merebut delapan perkampungan di Nagorno-Karabakh yang sebelumnya dikuasai separatis Armenia, Sabtu (3/10/2020).
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev menyampailan selamat kepada komandan militer atas direbutnya sejumlah perkampungan tersebut.
 
                                “Hari ini tentara Azeri mengibarkan bendera Azerbaijan di Madagiz. Madagiz menjadi milik kita," kata Aliyev, di media sosial, seraya mengumumkan perebutan tujuh perkampungan lagi, seperti dilaporkan kembali Reuters, Minggu (4/10/2020).
Ratusan warga Azerbaijan turun ke jalan di Ibu Kota Baku untuk merayakan kemenanganan sambil mengibarkan bendera dan poster bertulis, 'Karabakh dulu dan sekarang akan menjadi milik kita'.
 
                                        Di sisi lain Armenia menggunakan segala cara untuk melindungi etnis Armenia dari serangan Azerbaijan.
Pejabat Kementerian Pertahanan Armenia Artsrun Hovhannisyan mengatakan, situasi di medan pertempuran cepat berubah.
 
                                        “Dalam perang besar, perubahan seperti itu wajar. Kami bisa merebut daerah lalu meninggalkannya dalam 1 jam," katanya.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan, pertempuran di garis depan sangat sengit.
 
                                        “Sampai saat ini, kita sudah mengalami kerugian manusia yang signifikan, baik militer maupun sipil, peralatan militer dalam jumlah besar tidak lagi dapat digunakan, tapi musuh belum dapat menyelesaikan salah satu masalah strategisnya,” tuturnya.
Angkatan bersenjata Armenia sejauh ini menahan diri tidak ikut berperang membantu separatis di Nagorno-Karabakh.
Namun Pashinyan menggambarkan perang di Nagorno-Karabakh sebagai perjuangan nasional serta membandingkannya dengan perang dengan kekhalifahan Turku Utsmani pada awal abad ke-20.
Kedua pihak saling serang menggunakan roket dan rudal pada hari ketujuh pertempuran. Hingga Sabtu, sekitar 250 orang tewas dari kedua pihak, termasuk 30 warga sipil. Masing-masing pihak juga mengklaim telah menghancurkan ratusan tank musuh.
Angkatan bersenjata Armenia sejauh ini menahan diri tidak ikut berperang membantu separatis di Nagorno-Karabakh.
Namun Pashinyan menggambarkan pertempuran di Nagorno-Karabakh sebagai perjuangan nasional serta membandingkannya dengan perang melawan kekhalifahan Turki Utsmani pada awal abad ke-20.
Pertempuran terbaru ini merupakan yang pakung berdarah sejak 1990-an, di mana saat itu sekitar 30.000 orang tewas.
Editor: Anton Suhartono