Bahaya, Gunung Es Antartika Mencair Lebih Cepat dari yang Diperkirakan
SYDNEY, iNews.id – Para ilmuwan mendapati temuan mengejutkan, gunung es atau gletser sebesar negara Prancis di Antartika, Totten, ternyata mencair lebih depat dari yang diperkirakan.
Mencairnya salah satu gleteser terbesar itu memicu kenaikan permukaan ait laut lebih cepat. Para ilmuwan memperketat pengamatan untuk mengetahui bagaimana bisa Gunung Totten mencair begitu cepat dan apa saja penyebabnya.
Bahkan, mereka menyimpulkan bahwa gunung es Totten sudah mengambang di laut, tak lagi menghujam ke dasar.
"Kami berpikir bahwa gunung ini punya landasan di beberapa titik. Kami sudah mendeteksi laut di bawahnya dan mengindikasikan bahwa gunung tersebut sudah mengapung," kata peneliti Central Washington University, Paul Winberry, dikutip dari AFP, Selasa 20 Maret 2018.
Temuan ini, kata dia, sangat penting karena beberapa penelitian belakangan ini menunjukkan, bagian tengah gunung telah mencair akibat air laut bersuhu lebih hangat dan mengandung garam yang tinggi masuk ke sela-selanya melalui bagian bawah.
Menurut dia, hal ini yang membuat Gunung Es Totten mencair lebih cepat dari perkiraan.
"Ini juga menunjukkan bahwa Tottem kemungkinan akan lebih sensitif dengan berbagai perubahan kondisi di masa mendatang," ujarnya.
Kepala tim peneliti Gunung Totten dari Australia, Ben Galton Fenzi, mengatakan, jika es pada gunung tersebut mencair seluruhnya maka bisa menaikkan permukaan air laut global hingga 3 meter.
"Sejak 1990-an permukaan air laut global naik sekitar 20 sentimeter dan di pengujung abad diproyeksikan akan naik lebih dari 1 meter," kata dia.
Berdasarkan pemantauan NASA, pada periode 2002 hingga 2016, Antartika kehilangan 125 gigaton es per tahun, menyebabkan kenaikan permukaan laut 0,35 milimeter per tahun.
Namun mencairnya Gunung Totten tak bisa terdeteksi dari udara karena seluruh Antartika tertutup oleh selimut salju dan es yang tebalnya berkilo-kilo meter. Inilah yang menyebabkan para ilmuwan kesulitan mengetahui bagaimana kondisi gunung. Selain itu aktivitas melelehnya gunung lebih banyak terjadi di bagian bawah gunung tersebut.
Editor: Anton Suhartono