Baku Tembak Tewaskan 6 Orang termasuk 2 Polisi, PM Australia: Mengerikan!
SYDNEY, iNews.id - Baku tembak terjadi di kota terpencil Wieambilla, Negara Bagian Queensland, Australia, Senin (12/12/2022), menewaskan enam orang. Dua di antara korban tewas adalah polisi.
Kepolisian mengidentifikasi dua petugas yang tewas yakni Matthew Arnold (26) dan Rachel McCrow (29). Satu korban tewas lainnya merupakan seorang tetangga berusia 58 tahun, namun polisi tak menyebutkan identitasnya.
Empat petugas mendatangi sebuah rumah sekitar pukul 16.30 waktu setempat untuk menyelidiki laporan orang hilang. Namun mereka disambut dengan tembakan membabi buta.
Dua petugas lainnya menderita luka dan segera meminta bantuan. Tak lama kemudian, puluhan petugas, termasuk 16 personel pasukan elite, mengepung rumah tersebut.
Setelah upaya mediasi gagal, polisi menggerebek rumah yang berada sekitar 300 km dari Kota Brisbane itu sekitar pukul 22.30. Dalam baku tembak itu, tiga orang lainnya tewas, yakni pria 46 tahun, pria 47 tahun, dan perempuan 45 tahun. Keterlibatan ketiga orang itu dalam kasus ini belum dipastikan.
Kejadian bermula saat Arnold, McCrow, dan dua petugas lainnya mendatangi rumah tersebut. Mereka ditugaskan mengecek rumah itu setelah kepolisian mendapat laporan orang hilang dari satu keluarga di New South Wales. Berdasarkan laporan yang diterima, orang hilang tersebut kemungkinan berada di rumah Wieambilla.
Belum ada laporan terperinci mengenai latar belakang kasus ini. Penyelidikan masih berlangsung.
Kepala Kepolisian Queensland Katarina Carroll mengatakan, ini merupakan satu insiden paling mematikan terhadap polisi di wilayahnya.
Kasus kejahatan menggunakan senjata api sangat jarang terjadi di Australia. Perdana Menteri Anthony Albanese sampai memberikan komentarnya dengan menggambarkan peristiwa itu sebagai hari yang mengerikan dan memilukan.
Australia menerapkan beberapa undang-undang pegendalian senjata, bahkan termasuk yang paling ketat di dunia. Aturan itu ditelurkan setelah seorang pria bersenjata membunuh 35 orang pada April 1996 di sebuah kafe dan tempat wisata Port Arthur, Tasmania.
Editor: Anton Suhartono