Balon Mata-Mata China Lintasi Wilayah AS, Pengamat Keamanan Garuk Kepala Bingung
Pengacara Washington yang terlibat dalam berbagai kasus keamanan nasional, Mark Zaid mengatakan, taktik mata-mata yang lebih umum dilakukan China dalam beberapa dekade terakhir adalah menggunakan mahasiswa pascasarjana dan individu lain yang memiliki hubungan dengan China untuk mendapatkan akses ke materi sensitif dengan belajar di universitas riset, bekerja di perusahaan teknologi atau meretas jaringan komputer mereka.
"Masalah dengan China jauh lebih banyak di dunia akademik dan ilmiah," kata Mark Zaid.
Awalnya, balon itu pertama kali memasuki wilayah udara AS pada 28 Januari sebelum pindah ke wilayah udara Kanada pada Senin 30 Januari. Benda itu kembali masuk ke wilayah udara AS pada 31 Januari.
Setelah melintasi daratan AS, balon itu tidak kembali ke perairan terbuka, membuat penembakan menjadi sulit. Pejabat tidak secara terbuka mengungkapkan keberadaan balon tersebut di atas AS hingga Kamis (2/2/2023).
Pesawat tempur militer AS menembak jatuh balon mata-mata yang diduga milik China saat melayang di lepas pantai Carolina Selatan, Sabtu (4/2/2023) dengan satu rudal. Jet tempur F-22 dari Pangkalan Angkatan Udara Langley di Virginia menembak target pukul 14:39 waktu setempat.
Seorang pejabat senior militer AS mengatakan beberapa pesawat tempur dan pesawat pengisi bahan bakar terlibat dalam misi tersebut. Jet tempur F-22 menggunakan satu rudal udara-ke-udara supersonik AIM-9X, pencari panas untuk menghancurkan target.
Seorang fotografer Reuters yang menyaksikan penembakan itu mengatakan, aliran serangan datang dari jet dan mengenai balon, tetapi tidak ada ledakan. Balon itu mulai jatuh.
Editor: Umaya Khusniah