Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ini Hasil Kunjungan Prabowo ke Pakistan dan Rusia, Apa Saja?
Advertisement . Scroll to see content

Beberapa Negara Tolak Teken Komunike Bersama KTT Perdamaian Ukraina, Ada Saudi dan Brasil

Minggu, 16 Juni 2024 - 23:00:00 WIB
Beberapa Negara Tolak Teken Komunike Bersama KTT Perdamaian Ukraina, Ada Saudi dan Brasil
Konferensi perdamaian Ukraina yang digelar di Swiss berakhir Minggu (16/6) menghasilkan komunike bersama, namun tak diteken oleh semua peserta (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

MOSKOW, iNews.id - Konferensi perdamaian Ukraina yang digelar di resor pegunungan Alpen, Buergenstock, Swiss, berakhir Minggu (16/6/2024). Pertemuan itu menghasilkan komunike bersama, namun tak semua negara yang mengikuti pertemuan meneken dokumen tersebut.

Dari sekitat 100 negara yang mengikuti konferensi yang digelar selama 2 hari, Sabtu-Minggu (15-16/6/2024), itu sekitar 80 meneken, sisanya tak menandatangani. 

Negara-negara sekutu Rusia yang tergabung dalam BRICS yakni Brasil, India, dan Afrika Selatan juga tak meneken. Sementara China menolak berpartisipasi dalam pertemuan yang fokus membahas keamanan nuklir, pangan, dan pertukaran tahanan itu.

Negara lain yang tak ikut menandatangani di antaranya Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Armenia, Tahkta Suci Vatikan, Libya, Meksiko, dan Thailand.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan draf komunike telah rampung. Berdasarkan bagian dari dokumen yang dilihat Reuters, isinya menyalahkan perang Rusia di Ukraina karena menyebabkan penderitaan dan kehancuran manusia dalam skala besar seraya mendesak agar integritas wilayah Ukraina dihormati.

Dokumen tersebut juga menyerukan agar kendali Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia dikembalikan ke Ukraina setelah dikuasai Rusia. Selain itu Ukraina harus mendapatkan kembali akses terhadap pelabuhan Azov.

Pemerintah Swiss awalnya berharap deklarasi KTT perdamaian Ukraina mendapat didukung dengan suara bulat oleh para peserta.

Konferensi perdamaian ini tak mengundang Rusia. Vladimir Khokhlov, juru bicara Kedutaan Besar Rusia untuk Swiss mengatakan kepada Sputnik, meski mendapat undangan, pemerintahannya dipastikan tidak akan menghadiri konferensi tersebut.

Sementara itu Presiden Vladimir Putin, dalam pernyataan yang disampaikan Kremlin, menegaskan komunike bersama pada konferensi perdamaian Ukraina bukanlah ultimatum, namun hanya sebagai respons terhadap situasi saat ini.

“Ini bukan ultimatum, ini adalah inisiatif damai yang dibuat dengan mempertimbangkan kenyataan di lapangan,” kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, mengulangi pernyataan Putin, dalam wawacara dengan Rossiya 1.

Dia menambahkan, Ukraina semakin terdesak, menghadapi situasi yang semakin buruk di garis depan pertempuran.

Perjanjian tersebut, lanjut dia, merupakan hasil negosiasi yang kompleks, mencari keseimbangan dari sekian banyak kepentingan, dan mempertimbangkan kenyataan di lapangan.

“Mungkin seorang politikus yang mengutamakan tanah air di atas kepentingannya sendiri, bahkan di atas kepentingan majikannya, akan mempertimbangkan usulan tersebut,” kata Peskov. 

Dia juga menyoroti perlunya sistem jaminan keamanan pada semua masalah lain.

Putin pada Jumat lalu mengatakan, Rusia siap menegosiasikan gencatan senjata dengan Ukraina jika negara itu menarik seluruh pasukan dari wilayah-wilayah baru. Wilayah itu merujuk pada empat kawasan Ukraina yang dicaplok Rusia melalui referendum yang tak diakui oleh dunia internasional.

Selain itu, kata Putin, Ukraina juga harus membatalkan rencananya untuk bergabung dengan NATO.

Mengomentari pernyataan Putin itu, Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan mengatakan usulan itu bertentangan dengan akal sehat. Dia menegaskan, usulan Putin yakni Ukraina harus merelakan wilayah-wilayahnya untuk diserahkan ke Rusia tak masuk akal.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut