Begini Cara Para Orang Tua di Jepang Carikan Jodoh untuk Anak
TOKYO, iNews.id - Hasil penelitian National Institute of Population and Social Security Research mengungkap, pada akhir 1930-an, hampir 70 persen pasangan suami istri (pasutri) di Jepang menikah karena dijodohkan. Persentasenya menurun drastis menjadi 50 persen pada 1960-an, lalu terjun bebas menjadi 5,5 persen pada 2014.
Survei oleh lembaga yang sama pada 2015 menunjukkan, jumlah pria Jepang yang tak menikah hingga usia 50 tahun mencapai 23,37 persen dan perempuan 14,06 persen. Angka tersebut menunjukkan kenaikan. Berdasarkan survei pada 2000, pria Jepang yang tak menikah hingga menginjak kepala lima sebanyak 12,57 persen dan untuk perempuan 5,82 persen.
Alasan banyak warga yang memilih tetap melajang, antara lain penghasilan yang rendah serta tak ingin karier mereka terganggu. Ini juga yang menjadi penyebab angka kelahiran di Jepang terus menurun.
Namun masih ada harapan kondisi tersebut akan berubah. Survei yang dilakukan oleh lembaga yang sama pada 2015 menunjukkan, ada keinginan yang tinggi dari warga Jepang untuk menikah. Hampir 90 persen perempuan dan laki-laki berusia antara 18 hingga 34 tahun ingin menikah suatu saat.
Profesor sosiologi keluarga dari Universitas Chuo, Masahiro Yamada, seperti dikutip dari Kyodo, Senin 19 Februari 2018, mengatakan, sebenarnya banyak warga Jepang, terutama yang sudah memasuki usia menikah, masih memegang teguh prinsip bahwa menikah merupakan cara untuk menjaga keberlangsungan keturunan keluarga. Namun banyak kendala pribadi yang mereka hadapi.