Belasan Orang Tewas Terinjak-injak saat Berebut Visa ke Pakistan
JALALABAD, iNews.id - Sedikitnya 15 warga Afghanistan tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka setelah terinjak-injak di dekat konsulat Pakistan di Afghanistan timur.
Pejabat Afganistan mengatakan insiden terjadi saat ribuan orang yang memadati stadion di kota Jalalabad, Rabu (21/10/2020), saling berebut mendapatkan visa dari konsulat Pakistan.
Situasi berubah kacau ketika barisan belakang berusaha mendesak maju ke depan, menyebabkan banyak orang terinjak-injak.
Sohrab Qaderu, seorang anggota dewan provinsi dimana insiden itu terjadi, mengatakan dari 15 orang yang tewas 11 diantaranya adalah perempuan serta puluhan warga berusia lanjut mengalami luka-luka.
Otoritas Afghanistan mengalihkan antrian warga untuk memperoleh visa ke stadion di dekat Jalalabad guna menghindari kerumunan besar di area Konsulat Pakistan.
Sejak pekan lalu, Konsulat Pakistan kembali membuka layanan visa setelah sempat menutupnya selama tujuh bulan akibat pandemi Covid-19.
Pembukaan pelayanan visa disambut antusias oleh warga Afghanistan dari Nangarhar dan provinsi terdekat lainnya untuk mengajukan visa medis atau visa kunjungan.
Pakistan berencana terbitkan lebih banyak visa bagi warga Afghanistan
Koresponden Aljazeera Filio Kontrafouri di Kabul, Afghanistan, mengatakan beredar rumor Konsulat Pakistan akan memberikan lebih banyak visa kepada warga Afghanistan daripada biasanya.
"Pakistan adalah salah satu dari sedikit negara tempat Afghanistan dapat memperoleh visa," kata Filio.
Dalam sebuah kicauan, Duta Besar Pakistan untuk Afghanistan, Mansoor Ahmad Khan, mengatakan dia "sangat sedih" atas laporan korban di Jalalabad. "Kami bersimpati dengan keluarga korban," tulisnya.
Khan memastikan pemerintah Pakistan akan bekerja sama dengan pemerintah Afghanistan dalam perbaikan penyelenggaraan pemberian visa lebih baik.
"Kami berkomitmen untuk melanjutkan penerbitan visa kepada warga Afghanistan di bawah kebijakan visa baru sembari membuat prosesnya lebih lancar dan efisien di pihak kami," ujarnya.
Editor: Arif Budiwinarto