TEL AVIV, iNews.id – Bentrokan antara massa pendukung dan penentang penguasa Eritrea pecah di Tel Aviv, Israel, Sabtu (2/9/2023). Lebih dari 100 orang terluka dalam insiden itu.
Reuters melansir, polisi Israel menembakkan granat kejut untuk membubarkan bentrokan. Sementara beberapa pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah polisi dan membakar tempat sampah.
Trump Sangat Frustrasi dengan Rusia dan Ukraina, Tak Mau Berunding Lagi
Rekaman video yang diunggah di media sosial menunjukkan para pendukung pemerintah Eritrea memukuli pengunjuk rasa antipemerintah dengan pentungan. Pejabat medis Israel mengatakan, lebih dari 114 orang dirawat karena luka, termasuk sekitar 30 petugas polisi.
Kekerasan terjadi sekitar sebuah acara yang diselenggarakan oleh Kedutaan Eritrea untuk memperingati Hari Revolusi yang jatuh pada 1 September. Perayaan itu bertujuan untuk memperingati dimulainya Perang Kemerdekaan Eritrea melawan Ethiopia pada 1961.
PM Netanyahu Berterima Kasih kepada Arab Saudi karena Sudah Bantu 128 Penumpang Israel
Presiden Isaias Afwerki telah memerintah Eritrea sejak negara itu merdeka pada 1993. Kelompok hak asasi manusia mengecam pemerintahannya yang sangat represif dan negeri Afrika itu kini berada di bawah sanksi Amerika Serikat dan Uni Eropa atas dugaan pelanggaran HAM di sana.
Wartawan Reuters melihat sejumlah pria dengan luka di kepala dan lengan berlumuran darah. Beberapa di antaranya tergeletak di taman bermain anak-anak. Polisi pun turun ke jalan-jalan sambil menembakkan granat kejut ke arah pengunjuk rasa.
Papua Nugini Bakal Buka Kedutaan untuk Israel di Yerusalem
“Saat ini, polisi dalam jumlah besar dan pasukan Polisi Perbatasan terus beroperasi melawan pelanggar hukum di wilayah Tel Aviv,” demikian pernyataan polisi Israel.
Ketahuan Bertemu Pejabat Israel, Menlu Libya Diberhentikan Sementara
Menurut perkiraan Assaf, organisasi yang membantu pengungsi dari negara-negara konflik, saat ini terdapat sekitar 25.500 pencari suaka Eritrea yang tinggal di Israel. Warga Eritrea yang melarikan diri ke Israel melalui perbatasan negara mereka dengan Mesir.
Para pengungsi mengatakan, mereka akan menghadapi penganiayaan jika dipulangkan ke negara asal mereka.
Editor: Ahmad Islamy Jamil
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku