Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Pemakaman Islam di Australia Dilempari Kepala Babi, Buntut Penembakan Komunitas Yahudi
Advertisement . Scroll to see content

Beredar Petisi agar Bahasa Indonesia Tak Dihapus di Sekolah Australia

Selasa, 13 November 2018 - 16:38:00 WIB
Beredar Petisi agar Bahasa Indonesia Tak Dihapus di Sekolah Australia
Suasana di salah satu kelas di Narrabundah College. (Foto: doc. Facebook)
Advertisement . Scroll to see content

CANBERRA, iNews.id - Sebuah petisi online meminta dukungan agar pelajaran bahasa Indonesia tetap dipertahankan di sekolah Narrabundah College di kawasan ibu kota Australia (ACT) beredar. Sekolah ini setara dengan sekolah menegah atas (SMA) di Indonesia.

Petisi digagas pada Sabtu (10/11/2018) oleh seorang warga Australia bernama Aidan Brooke lewat situs Change.org.

Dalam petisi tersebut disebutkan, keputusan menghilangkan bahasa Indonesia di Narrabundah College 2019 sangat mengkhawatirkan dan bertentangan dengan keyakinan pentingnya warga Australia untuk menguasai bahasa-bahasa Asia.

Seorang murid Australia yang belajar bahasa Indonesia di sekolah tersebut berharap pihak sekolah bisa berjuang mempertahankan pelajar yang tersisa dan melanjutkan belajar bahasa Indonesia pada tahun depan.

"Meski hanya tinggal beberapa dari kami yang tersisa, ini tidak bisa menjadi pembenaran dengan membiarkan studi kita hanya selesai setengahnya," ujar Joseph Armstrong, salah satu yang yang tertulis di petisi tersebut.

"Kita memohon dukungan dari rekan sesama murid untuk mendorong agar mata pelajaran penting ini dikembalikan."

Hingga Senin (13/11/2018) sore, lebih dari 4.600 orang dari 5.000 yang ditargetkan memberikan dukungan petisi.

Termasuk yang mendukung petisi ini adalah George Quinn, profesor dari kajian Indonesia di Australian National University (ANU) di Canberra.

Dia berharap petisi ini dapat membuat pihak sekolah memikirkan kembali sebelum membuat keputusan di tahun depan.

"Sangat disesalkan karena tinggal dua sekolah lanjutan atas di ACT yang kelas 11 dan 12-nya masih mengajarkan bahasa Indonesia," ujar Quinn, kepada ABC News, Selasa (13/11/2018).

Diketahui, Narrabundah College sudah mengajarkan bahasa Indonesia selama lebih dari 30 tahun.

Menurut pengamatan Quinn, ada gejala mengenaskan melihat minat belajar bahasa Indonesia di kelas 11 dan 12 terus menurun dibandingkan di tingkatan sebelumnya.

"Katakanlah hingga kelas 7 masih ada 500 murid belajar bahasa Indonesia, kemudian menjadi dibawah 20 murid di kelas 11 atau 12," jawab Quinn, dalam bahasa Indonesia.

Quinn menyebut, pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa Asia lainnya kurang diperhatikan oleh pemerintah federal Australia dan pemerintah lokal ACT.

George Quinn, pakar kajian Indonesia di Canberra yang banyak menulis budaya kontemporer di Jawa. (doc. ABC News)

Menurutnya juga, salah satu penyebab minat belajar bahasa Indonesia yang terus menurun adalah dampak bahasa Inggris yang semakin mendunia.

"Mereka yang ada di tingkat atas tidak mau lagi belajar bahasa lain, karena saat mereka pergi ke negara-negara di Asia, bertemu dengan warga lokal yang justru ingin belajar atau bahkan hanya mau pakai bahasa Inggris," jelasnya.

"Bahasa Inggris yang digunakan dimana-mana jelas membuat anak didik kami menjadi semakin malas belajar bahasa asing, seperti Bahasa Indonesia."

Sementara itu, pihak Kedutaan Besar RI di Canberra mengaku baru mengetahui petisi ini setelah beredar di jejaring sosial Twitter.

"Saya mendapat informasi jika petisi ini dibuat salah murid di sekolah itu dan gurunya sendiri tidak tahu jika akan ada kebijakan menghentikan pelajaran bahasa Indonesia," ujar Imran Hanafi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Canberra.

Kepada ABC News, Imran mengaku kaget saat mengetahuinya, karena baru-baru ini perwakilan negara bagian ACT berkunjung ke Jakarta bahkan bertemu dengan sejumlah kementerian, termasuk Kementerian Pendidikan, dengan rencana meningkatkan hubungan budaya dan bahasa.

"Langkah selanjutnya kami akan mencoba berdikusi dengan sejumlah pihak terkait untuk membahas apa yang menjadi masalahnya."

Dosen kajian Indonesia di Monash Univeristy, Melbourne, Yacinta Kurniasih mengatakan Pemerintah Australia tidak serius dengan pernyataannya sendiri yang menyebut pentingnya Indonesia bagi Australia.

"Terutama bagi para politisi dan pengambil kebijakan di Australia, kita mendengar dukungan mereka kepada sekolah-sekolah masih sangat kurang, bahkan malah membiarkan program bahasa Indonesia ditutup," kata Yacinta Kurniasih.

Dia berpendapat, minat belajar bahasa Indonesia menjadi masalah yang perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk berkolaborasi dan berkonsolidasi, termasuk perwakilan Indonesia di Australia.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut