Berhasilkah Israel Temukan Kuil Sulaiman Setelah Gali Terowongan di Bawah Masjid Al Aqsa?
JAKARTA, iNews.id - Kunjungan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir ke Masjid Al Aqsa membuka spekulasi rencana kelompok Yahudi ekstrem negara itu untuk menguasainya. Teranyar, Itamar menggeruduk Masjid Al Aqsa pada Kamis (27/7/2023), bersama ribuan pemeluk Yahudi ultranasionalis.
Itamar beberapa kali menggeruduk Masjid Al Aqsa yang berarti pelanggaran terang-terangan atas kesepakatan internasional. Masjid Al Aqsa, tempat suci ketiga bagi umat Islam setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi, merupakan tempat ibadah Muslim yang tak bisa dimasuki Yahudi.
Itamar menggeruduk Masjil Al Aqsa bersamaan dengan perayaan Tisha B'Av, hari puasa berkabung atas kehancuran dua kuil kuno Yahudi. Bagi Yahudi, Masjid Al Aqsa diklaim juga sebagai tempat sucinya di masa lalu yang disebut Bait Bukit Suci.
“Tempat ini penting bagi kami dan kami harus kembali ke sana dan membuktikan kedaulatan kami,” ucap Itamar, dikutip dari Al Jazeera.
Pernyataan Itamar itu menyiratkan kembali upaya Israel untuk menguasai Masjid Al Aqsa, kompleks ibadah yang terdiri atas beberapa masjid, termasuk Dome of the Rock atau Kubah Emas.
Pada Mei lalu, warga Palestina dibuat marah setelah para menteri kabinet Israel menggelar rapat pekanan di terowongan bawah Masjid Al Aqsa.
Selama puluhan tahun, Israel menggali bagian bawah Masjid Al Aqsa dengan dalih mencari Kuil Sulaiman yang belum jelas sama sekali. Penggalian itu termotivasi dari dugaan historis yang tujuannya membenarkan penjajahan bangsa Yahudi atas tanah Palestina melalui arkeologi.
Namun, setelah bertahun-tahun menggali, Israel tidak menemukan apa pun yang menghubungkan sejarah mereka dengan wilayah Al Aqsa di Yerusalem Timur. Warga Palestina pun khawatir penggalian terowongan yang terus menerus bisa membuat Masjid Al Aqsa runtuh jika terjadi gempa ringan.
Juru Bicara Pemerintah Palestina Ibrahim Melhem saat itu mengatakan kepada Arab News, pertemuan kabinet Israel di bawah Al Aqsa tidak memberikan legitimasi sedikit pun bagi pemerintahan Zionis untuk mengontrol dan memiliki Masjid Al Aqsa serta Yerusalem Timur.
Melhem juga mendesak badan PBB UNESCO untuk mengirim para ahli dan delegasi untuk memeriksa bahaya yang mengancam masjid tersebut.
“Para ekstremis Israel tidak menyembunyikan niat mereka untuk menghancurkan masjid paling suci dan mendirikan Kuil Sulaiman di atas reruntuhannya,” kata Melhem.
Ikrima Sabri, ulama Masjid Al Aqsa, mengatakan Israel melakukan penggalian menyeluruh di seluruh wilayah, termasuk sekitar Al Aqsa.
Tujuan utama dari penggalian itu, kata dia, mencari barang antik milik orang Yahudi. Tapi sampai saat ini mereka belum menemukan barang antik atau batu yang berkaitan dengan sejarah Yahudi kuno, meski penggalian dilakukan sejak 1967.
“Penggalian yang dilakukan oleh otoritas Israel telah menyebabkan banyak retakan pada bangunan Palestina di atas terowongan yang dibuka pada 1996 di sepanjang dinding barat Masjid Al Aqsa, mulai dari Sekolah Omariya di Jalan Mujahidin hingga Masjid Al Aqsa, area Tembok Buraq," ujarnya.
Warga Palestina memperingatkan, penargetan Masjid Al Aqsa hanya akan mengubah konflik Israel-Palestina, dari politik menjadi agama. Itu akan menyeret kawasan dalam lingkaran kekerasan.
Seperti diketahui, gerakan Intifadah II atau pemberontakan Palestina yang pecah pada 28 September 2000 dimulai setelah pemimpin oposisi Israel saat itu, Ariel Sharon, menyerbu kompleks Masjid Al Aqsa. Dia mengerahkan lebih dari 1.000 polisi dan tentara bersenjata lengkap.
Penggerudukan Masjid Al Aqsa yang masih berlangsung sampai saat ini menjadi taktik para pemimpin ekstremis Yahudi untuk menunjukkan pembangkangan atas kesepakatan internasional serta upaya untuk memprovokasi warga Palestina.
Pada Juli 2017, Komite Warisan Dunia UNESCO mengeluarkan keputusan yang menegaskan Israel tidak memiliki kedaulatan atas Yerusalem, wilayah yang diduduki Israel dalam perang 1967. UNESCO juga mengutuk penggalian yang dilakukan Departemen Kepurbakalaan Israel di kota tersebut.
Sekitar 12 terowongan telah digali di bawah Madjid Al Aqsa, beberapa di antaranya memiliki panjang 450 meter. Penggalian tersebut menyebabkan penghancuran sistematis terhadap banyak bangunan bersejarah peninggalan Dinasti Umayyah dan Utsmaniyah yang berada di atasnya maupun bawah tanah.
Editor: Anton Suhartono