Bukan Hanya Bunuh Ribuan Warga, Pemberontak Sudan Perkosa Perempuan Dewasa dan Anak-Anak
KHARTOUM, iNews.id - Kekejaman perang saudara di Sudan mencapai titik paling mengerikan. Pasukan pemberontak Rapid Support Forces (RSF) tidak hanya membunuh ribuan warga sipil di Kota El Fasher, Provinsi Darfur, tapi juga memerkosa perempuan dewasa dan anak-anak.
Aksi brutal ini menandai salah satu tragedi kemanusiaan paling kelam sejak konflik pecah pada 2023.
Dalam laporan Jaringan Dokter Sudan, sedikitnya 1.500 warga sipil tewas dalam 3 hari akibat serangan RSF dalam upaya merebut El Fasher dari tangan pasukan pemerintah. Sementara otoritas Sudan menyebut jumlah korban tewas mencapai 2.000 orang sejak Minggu (26/10/2025).
“Para pemberontak mengeksekusi warga di sepanjang jalur pelarian dan menggerebek rumah-rumah untuk membunuh siapa pun yang mereka temukan,” demikian pernyataan lembaga tersebut.
Eksekusi Massal hingga Pembantaian di Rumah Sakit
Rekaman video yang beredar di media sosial memperlihatkan anggota RSF menembak warga sipil yang berusaha melarikan diri.
Menurut jurnalis Al Jazeera, Hiba Morgan, pemandangan mengerikan menunjukkan para pemberontak berkeliaran di Rumah Sakit Saudi di El Fasher, lalu mengeksekusi pasien satu per satu di bangsal.
“Video terbaru dan paling meresahkan menunjukkan para pemberontak membunuh pasien di dalam rumah sakit,” kata Morgan.
Diperkirakan lebih dari 460 orang tewas di Rumah Sakit Bersalin Saudi, termasuk tenaga kesehatan dan relawan kemanusiaan.
Banyak warga yang sebelumnya mencari perlindungan di sana justru menjadi korban.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan keterkejutannya atas laporan tersebut dan menyebut situasinya sebagai “tragedi kemanusiaan yang tak terbayangkan.”
Pemerkosaan Perempuan dan Anak-anak
Selain pembunuhan massal, sejumlah lembaga kemanusiaan juga melaporkan kasus pemerkosaan terhadap perempuan dan anak-anak oleh anggota RSF.
Korban berasal dari warga sipil yang gagal melarikan diri saat kota diserang.
Para saksi mata menyebut perempuan-perempuan yang tertangkap sering dipaksa keluar dari rumah atau tempat persembunyian, kemudian diserang secara brutal oleh para pejuang RSF.
“Kami menerima laporan kredibel tentang kekerasan seksual meluas terhadap perempuan, termasuk anak di bawah umur,” ungkap Jaringan Dokter Sudan.
Kekerasan seksual ini diduga dilakukan secara sistematis untuk menebar ketakutan dan mempermalukan komunitas lokal, sebagaimana taktik lama milisi Janjaweed, kelompok paramiliter yang menjadi cikal bakal RSF, saat konflik Darfur pada awal 2000-an.
Editor: Anton Suhartono