Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Nilai Mata Uang Hancur 800%: Sudan Masuki Jurang Hiperinflasi Tanpa Kendali
Advertisement . Scroll to see content

Perang 2 Tahun Bikin Ekonomi Sudan Kembali ke Zaman Kuno

Sabtu, 20 Desember 2025 - 08:33:00 WIB
Perang 2 Tahun Bikin Ekonomi Sudan Kembali ke Zaman Kuno
Dua tahun perang saudara di Sudan menyeret perekonomian negara itu kembali ke era pra-modern (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

KHARTUM, iNews.id - Dua tahun perang saudara tak hanya menghancurkan kota-kota di Sudan, tapi juga menyeret perekonomian negara itu kembali ke era pra-modern. Sistem keuangan ambruk total, mata uang kehilangan nilai, dan warga kini mengandalkan barter untuk memenuhi kebutuhan hidup paling dasar.

Dalam perkembangan terbaru, lebih dari 50.000 warga sipil mengungsi dari tiga wilayah di Negara Bagian Kordofan karena memburuknya situasi keamanan.

Badan PBB Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menyatakan, total 50.445 orang mengungsi dari wilayah Kordofan antara 25 Oktober hingga 17 Desember 2025.

Ttim pelacak pengungsi mendokumentasikan 39 insiden yang memicu gelombang pengungsian dari wilayah tersebut sejak 25 Oktober. Sekitar 40.350 orang mengungsi dari enam lokasi di Kordofan Utara, 9.845 dari sembilan lokasi di Kordofan Selatan, dan 250 dari Kordofan Barat.

Pihak berwenang Sudan, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan kelompok hak asasi manusia lokal dan internasional menuduh Pasukan Pendukung Cepat (RSF) melakukan serangan brutal dan pemerkosaan di beberapa kota di wilayah tersebut.

Konflik antara pasukan pemerintah dan RSF terus membesar, terutama setelah RSF berhasil menduduki Kota El Fasher yang sebelumnya dikuasai pemerintah beberapa bulan lalu. Serangan brutal dan pembunuhan ribuan warga sipil menambah panjang deret kesengsaraan rakyat Sudan.

Uang Tak Lagi Bernilai

Di banyak wilayah Sudan, uang kertas praktis tak lagi memiliki fungsi sebagai alat tukar. Sistem perbankan yang hancur membuat transaksi tunai tak dapat dilakukan.

“Saya tidak memegang uang kertas selama lebih dari 9 bulan,” kata Ali, seorang pegawai negeri sipil (PNS).

Barang rumah tangga yang dulu dianggap biasa, seperti kursi, cangkul, atau peralatan dapur, kini berubah menjadi “mata uang” baru.

Ali bahkan pernah menukar cangkul dan kursi dengan tiga karung sorgum (sereal), sementara warga lain menukar barang-barang seperti tepung, gula, atau jagung untuk mendapatkan layanan sehari-hari.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut