Bunuh Diri, Ini Sekilas Perjalanan Hidup Anak Fidel Castro 'Fidelito'
HAVANA, iNews.id - Anak laki-laki tertua Presiden Kuba Fidel Castro, Fidel Castro Diaz Balart, bunuh diri pada Kamis 1 Februari 2018. Pria yang lebih dikenal dengan Fidelito karena sangat mirip dengan ayahnya itu mengakhiri hidup setelah ditangani oleh tim dokter selama berbulan-bulan akibat depresi berat.
"Castro Diaz Balart, yang telah ditangani oleh sejumlah dokter selama beberapa bulan karena mengalami depresi berat, melakukan bunuh diri pagi ini (kemarin)," demikian dilaporkan situs Cubadebate, seperti dilansir Reuters.
Fidelito lahir pada 1 September 1949 dari pernikahan singkat ayahnya dengan Mirta Diaz Balart.
Pernikahan singkat itu dilakukan sebelum sang ayah menggulingkan diktator yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan membangun negara komunis itu di bawah bayang-bayang ancaman AS pada Perang Dingin.
Dari keluarga ibunya, Fidelito termasuk sosok yang dimusuhi. Beberapa sepupu yang memusuhinya adalah Mario Diaz Balart yang merupakan orang kepercayaan AS serta mantan anggota kongres AS, Lincoln Diaz Balart.
Sebagai seorang fisikawan nuklir yang menimba ilmu di Uni Soviet, Fidelito bekerja sebagai penasihat ilmiah di Dewan Negara Kuba dan menjadi Wakil Presiden Akademi Ilmu Pengetahuan hingga saat kematiannya.
Sebelumnya, dari 1980 hingga 1992, Fidelito merupakan kepala program nuklir nasional Kuba, dan menjadi sosok yang memelopori pengembangan fasilitas energi nuklir di pulau terbesar di Karibia tersebut sampai ayahnya memecatnya.
Kuba menghentikan rencana pengembangan energi nuklir pada tahun yang sama karena kekurangan dana sebagai imbas dari memburuknya hubungan perdagangan dengan negara-negara bekas pecahan Uni Soviet. Sejak itu Fidel Castro Diaz Balart lebih sering menghilang dari publik dan hanya sesekali muncul pada acara konferensi ilmiah.
Fidel Castro Diaz Balart bunuh diri lebih dari setahun setelah ayahnya meninggal pada 26 November 2016 di usia 90 tahun.
Belum ada keterangan resmi kapan dan dimana Fidel Castro Diaz Balart dimakamkan.
Editor: Nathania Riris Michico