Buruh Korsel Demo Tuntut Kenaikan Upah Pakai Kostum Squid Game: Kami Juga Pertaruhkan Nyawa!
SEOUL, iNews.id - Serikat buruh turun ke jalan di seluruh Korea Selatan untuk menuntut kenaikan upah minimum, Rabu (20/10/2021). Ada yang unik dalam unjuk rasa ini, para demonstran di Kota Seoul mengenakan kostum Squid Game.
Konfederasi Serikat Buruh Korea Selatan yang terdiri atas pekerja pabrik, pegawai non-kontrak, pengantar makanan, dan lainnya, bukan hanya menuntut kenaikan upah minimum, tapi juga mendesak jaminan kelanjutan bagi pegawai non-kontrak. Berdasarkan aturan di Korsel, para pegawai kantor dan pabrik harus melalui 1 sampai 2 tahun masa kerja dengan status non-kontrak sebelum diangkat menjadi karyawan kontrak dan tetap.
Serikat menuntut jaminan keamanan kerja karena khawatir akan ada pemberghentian atau pemecatan sepihak di tempat kerja sebelum mencapai status karyawan tetap.
Sekitar 80.000 buruh melakukan aksi di 13 kota seluruh Korsel. Di Seoul, sekitar 27.000 buruh mendesak peningkatan kondisi kerja lebih baik dan upah minimum.
Dalam aksi itu, para buruh mengenakan kostum Squid Game, serial di Netflix yang sedang populer. Pakaian Squid Game merepresentasikan pesan dari serial tersebut bahwa mereka juga pekerja yang mempertaruhkan nyawa untuk mencari nafkah.
Kepala Biro Korsel Channel News Asia Lim Yun Suk dalam cuitan mengatakan, beberapa pekerja mengatakan, kondisi mereka mirip dengan karakter Squid Game.
"Mereka juga berjuang untuk mencari nafkah," kata Lim.
Lee Chang Keun, mantan pekerja Ssangyong Motors, mengatakan kepada ABC News, beberapa adegan dalam serial itu sulit untuk ditonton.
“Dalam Squid Game Anda melihat karakter yang berjuang untuk bertahan hidup setelah diberhentikan di tempat kerja. Berjuang untuk berbisnis restoran ayam goreng atau bekerja sebagai pengemudi 'daeri'. Itu mengingatkan pada teman kerja saya yang meninggal," tuturnya.
Pemerintah Korsel sebelumnya mengeluarkan pernyataan bahwa unjuk rasa tersebut ilegal dan melanggar aturan pencegahan Covid-19. Apalagi negara itu sedang lonjakan kasus infeksi. Sebagian wilayah Korsel memberlakukan larangan berkumpul.
Editor: Anton Suhartono