Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Majelis Umum PBB Sahkan Resolusi Israel Harus Angkat Kaki dari Wilayah Pendudukan Suriah
Advertisement . Scroll to see content

Dampak Perang Gaza: Kampus Eropa Balik Badan, Tolak Kolaborasi dengan Israel

Kamis, 27 November 2025 - 03:03:00 WIB
Dampak Perang Gaza: Kampus Eropa Balik Badan, Tolak Kolaborasi dengan Israel
Perang Gaza tak hanya mengguncang kondisi politik dan kemanusiaan, tapi juga menciptakan gelombang dampak global di dunia akademik Eropa (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

TEL AVIV, iNews.id - Perang Gaza tak hanya mengguncang kondisi politik dan kemanusiaan di Timur Tengah, tetapi juga menciptakan gelombang dampak global yang kini terasa kuat di dunia akademik Eropa. Laporan terbaru dari Tim Pemantau Boikot Akademis Israel, dibentuk oleh Komite Presiden Universitas Universitas Tel Aviv, mengungkap semakin banyak kampus dan lembaga keilmuwan Eropa yang memilih memutus atau menangguhkan kerja sama dengan institusi Israel sejak perang Gaza pecah.

Hal yang mengejutkan, tekanan boikot ini tidak mereda meski perang telah berakhir. Sebaliknya, citra Israel yang kian negatif membuat kampus-kampus Eropa mengambil langkah tegas, membatasi hingga sepenuhnya menghentikan kolaborasi akademik dengan peneliti dan universitas Israel.

Gelombang Penolakan yang Kian Meluas

Menurut laporan yang dipublikasikan The Marker, boikot akademik terhadap Israel mengalami peningkatan drastis pada 2025. Hingga November, 1.000 universitas dan lembaga akademik Eropa telah menerapkan boikot penuh terhadap institusi Israel, angka tertinggi sepanjang sejarah hubungan akademik Israel-Eropa.

Tidak hanya lembaga, tapi banyak akademisi Eropa secara individu juga menolak bekerja sama dengan peneliti Israel, baik dalam proyek riset, publikasi, maupun forum ilmiah internasional.

Berakhirnya Perang Gaza Tidak Mengubah Sikap Eropa

Tim Pemantau Boikot menegaskan citra buruk Israel di Eropa telah “telanjur mengakar dalam” membuat langkah diplomatik biasa tidak lagi cukup untuk memperbaiki persepsi tersebut. Perang Gaza menjadi titik balik yang mempercepat perubahan sikap kampus-kampus Eropa, yang kini lebih sensitif terhadap isu kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia.

Aksi boikot pun bergeser dari gerakan moral menjadi kebijakan institusional, mencerminkan tekanan publik dan mahasiswa yang meningkat terhadap pemerintah dan universitas di Eropa.

Proyek Riset Mendadak Mandek

Salah satu dampak paling signifikan adalah penurunan tajam hibah riset dari program Horizon Eropa, sumber pendanaan sains terbesar Uni Eropa. Pada 2025, banyak akademisi Israel dikeluarkan dari konsorsium riset internasional yang mengajukan pendanaan ke Horizon Eropa.

Akibatnya, akses Israel terhadap dana ilmiah lintas negara anjlok, sebuah pukulan besar karena selama bertahun-tahun Israel menjadi salah satu penerima manfaat terbesar program tersebut.

Rinciannya sebagai berikut:

  • 57% kasus boikot berdampak pada peneliti individu, terutama lewat pengucilan dari kelompok riset internasional.
  • 22% berupa boikot institusional, langsung antara universitas Eropa dan kampus Israel.
  • 7% dilakukan oleh asosiasi profesional yang menolak kolaborasi.
  • 14% berupa penangguhan program pertukaran mahasiswa, fellowship, dan kemitraan pascadoktoral.

Ancaman Isolasi Akademik Berkepanjangan

Laporan itu memperingatkan bahwa tren ini bisa membuat Israel memasuki fase isolasi akademik yang berbahaya. Hilangnya jejaring kolaborasi global dapat melemahkan reputasi, produktivitas riset, hingga daya saing teknologi Israel dalam jangka panjang.

Tanpa perubahan drastis pada situasi politik atau kondisi di kawasan, isolasi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut.

Dari Paris hingga Berlin, dari Amsterdam hingga Stockholm, kampus-kampus Eropa kini menggunakan jalur pendidikan sebagai medium tekanan moral terhadap Israel. Sikap ini menunjukkan bahwa dampak perang Gaza jauh melampaui medan konflik, menyentuh kelas-kelas universitas, laboratorium riset, hingga meja perundingan pendanaan internasional.

Dengan 1.000 kampus Eropa kini menolak bekerja sama, Israel menghadapi tantangan paling serius dalam sejarah akademiknya. Boikot itu bukan sekadar penolakan administratif, tetapi sebuah pesan global bahwa dunia pendidikan pun menuntut perubahan.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut