Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Produk Ternak dan Rempah Jatim Tembus Pasar Singapura, Ekspor Capai Rp17,70 Miliar
Advertisement . Scroll to see content

Dampak Serangan Houthi di Laut Merah, Pelabuhan Peti Kemas Singapura Macet Parah

Rabu, 26 Juni 2024 - 11:36:00 WIB
Dampak Serangan Houthi di Laut Merah, Pelabuhan Peti Kemas Singapura Macet Parah
Pemandangan umum kesibukan di pelabuhan peti kemas Singapura pada 2017. (Foto: Reuters)
Advertisement . Scroll to see content

SINGAPURA, iNews.id – Kemacetan di pelabuhan peti kemas Singapura dalam beberapa waktu terakhir ini menjadi yang terburuk sejak pandemi Covid-19. Kondisi itu menjadi pertanda betapa lamanya pengalihan rute kapal untuk menghindari serangan di Laut Merah telah mengganggu pelayaran laut global. 

Dan kemacetan itu tidak hanya terjadi di Singapura, melainkan juga muncul di pelabuhan-pelabuhan Asia dan Eropa lainnya. Perlawanan yang dilancarkan Houthi terhadap Israel sepertinya mulai memperlihatkan dampaknya terhadap perdagangan dunia.

Reuters pada Rabu (26/6/2024) ini melansir, para peritel, produsen, dan industri lain yang bergantung pada kapal-kapal kargo besar kini kembali berjuang melawan lonjakan harga hingga kekurangan kontainer kosong. Padahal, saat ini banyak perusahaan yang berorientasi konsumen tengah berupaya membangun inventaris menjelang puncak musim belanja akhir tahun.

Menurut perusahaan data maritim Linerlytica, kemacetan pelabuhan global telah mencapai titik tertinggi dalam 18 bulan terakhir, dengan 60 persen kapal yang menunggu di pelabuhan berlokasi di Asia, bulan ini. Kapal-kapal dengan total kapasitas lebih dari 2,4 juta unit peti kemas setara dua puluh kaki (TEU) menunggu di sejumlah pelabuhan pada pertengahan Juni.

Namun, berbeda dengan masa pandemi Covid beberapa tahun lalu, yang membuat kepadatan di berbagai pelabuhan melonjak saat ini bukanlah tingginya transaksi belanja online masyarakat yang berdiam diri di rumah. Sebaliknya, fenomena itu disebabkan jadwal pelayaran yang terganggu karena kapal mengambil rute yang lebih panjang di sekitar Afrika untuk menghindari Laut Merah. 

Seperti diketahui, Laut Merah menjadi lokasi kelompok Houthi asal Yaman melancarkan serangan terhadap kapal-kapal dagang yang berafiliasi dengan Israel sejak November lalu. Beberapa waktu setelah itu, Houthi juga menargetkan kapal-kapal dagang AS dan Inggris sebagai balasan atas tindakan Washington DC dan London membela zionis dengan mengerahkan jet-jet tempur mereka di Yaman.

Akibat dari situasi tersebut, banyak kapal yang menurunkan muatan dalam jumlah besar sekaligus di pusat transhipment besar seperti Singapura, tempat kargo dibongkar dan dimuat kembali di kapal yang berbeda untuk tahap akhir perjalanan mereka. Tak sedikit pula kapal yang membatalkan pelayaran mereka berikutnya demi mengejar jadwal.

“(Para pihak pengirim) mencoba mengatasi situasi ini dengan menurunkan peti kemas di pusat-pusat transhipment. Kapal-kapal telah mengumpulkan banyak peti kemas di Singapura dan pusat-pusat (pengapalan) lainnya” ungkap Jayendu Krishna, wakil kepala konsultan Drewry Maritime Advisors yang berbasis di Singapura.

Dia mengatakan, rata-rata volume pembongkaran kargo di Singapura melonjak 22 persen antara Januari dan Mei, sehingga berdampak signifikan terhadap produktivitas pelabuhan.

Singapura adalah pelabuhan peti kemas terbesar kedua di dunia. Kini, pelabuhan itu mengalami kemacetan parah dalam beberapa pekan terakhir. 

Menurut Otoritas Maritim dan Pelabuhan Singapura (MPA) pada akhir bulan lalu, waktu tunggu rata-rata untuk berlabuhnya kapal kontainer di Singapura adalah dua hingga tiga hari. Sementara pelacak kontainer Linerlytica dan PortCast mengatakan penundaan bisa memakan waktu hingga seminggu. Padahal biasanya waktu berlabuh kapal hanya memakan waktu kurang dari sehari.

Fenomena serupa tampaknya mulai menjalar ke pelabuhan-pelabuhan tetangga, karena beberapa kapal melewati Singapura. Kemacetan mulai terasa di Pelabuhan Klang dan Tanjung Pelepas di Malaysia, kata Linerlytica. Sementara waktu tunggu juga meningkat di pelabuhan-pelabuhan China, dengan Shanghai dan Qingdao mengalami penundaan yang paling lama.

Drewry memperkirakan kemacetan di pelabuhan transhipment utama akan tetap tinggi dalam beberapa waktu ke depan.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut