Dampak Turki Serang Suriah, Trump: Milisi Kurdi Mungkin Lepas Tahanan ISIS
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengungkap milisi Kurdi kemungkinan akan membebaskan tahanan ISIS. Cara itu dipakai untuk memaksa AS tetap bertahan di Suriah di tengah gempuran pasukan Turki.
Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dimpinpin Kurdi dan pasukan AS bersatu untuk memerangi ISIS di Suriah selama 5 tahun sampai misi dinyatakan selesai pada Maret 2019. Turki ingin mendorong SDF masuk lebih jauh ke dalam Suriah, sehingga perbatasannya aman dari upaya pemberontakan dan terorisme.
Sebelumnya Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, 1.000 pasukannya akan ditarik dari timur Suriah setelah misi perang melawan ISIS telah berakhir. Namun Kurdi tak menyetujui langkah itu.
Trump juga menuding negara Eropa enggan mengambil bagian untuk menangani para tahanan ISIS karena tak mau keluar biaya.
"Eropa punya kesempatan mengambil tahanan ISIS, tapi mereka tak mau mengeluarkan dana. 'Biar AS yang bayar,' kata mereka," ujar Trump, dalam cuitan, seperti dilaporkan kembali AFP, Senin (14/10/2019).
"Kurdi mungkin membebaskan beberapa untuk membuat kami terlibat lagi. Sebenarnya bisa dengan mudah ditangkap Turki atau negara-negara Eropa sesuai dari mana mereka berasal, tapi mereka harus bergerak cepat," tuturnya, lagi.
Pada Sabtu lalu, ratusan anggota keluarga kelompok ISIS dilaporkan kabur dari kamp tahanan di timur Suriah yang dikuasai milisi Kurdi setelah lokasi itu dibombardir pasukan Turki. Pemerintahan Kurdi di Suriah menyatakan serangan terjadi dekat kamp Ain Issa, di mana ribuan anggota keluarga ISIS ditahan.
“Beberapa di antara mereka melarikan diri setelah lokasi itu menjadi target pengeboman," kata pemerintahan Kurdi.
Hal senada disampaikan Lembaga Pemantau Suriah untuk HAM yang menyebutkan sekitar 100 orang melarikan diri. Mereka merupakan warga asing yang pindah ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Data statistik Kurdi mengungkap, sekitar 12.000 anggota keluarga militan ISIS dari 54 negara ditahan di kamp-kamp Kurdi. Kamp-kamp menampung sekitar 8.000 anak-anak dan 4.000 perempuan. Sementara para laki-laki yang ikut berjuang selama ISIS berkuasa, termasuk dua pria asal Inggris yang dikenal kejam, ditahan di tempat berbeda oleh militer AS.
Editor: Anton Suhartono