Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Facebook Jadi Ladang Konten Radikal dan Terorisme, Ini Faktanya!
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Facebook menyatakan data pribadi sekitar 87 juta pengguna di seluruh dunia dibocorkan kepada konsultan politik Inggris, Cambridge Analytica. Angka ini jauh lebih besar daripada laporan sebelumnya yang menyebut sekitar 50 juta data yang disalahgunakan.

Chief Technology Officer Facebook, Mike Schroepfer, mengatakan, untuk menangkap kebocoran ini, alat privasi baru akan diaplikasikan pada para pengguna Facebook mulai Senin pekan depan.

"Orang-orang juga akan dapat menghapus aplikasi yang tidak mereka inginkan. Sebagai bagian dari proses ini kami juga akan memberi tahu orang-orang jika informasi mereka mungkin telah dibagikan secara tidak layak kepada Cambridge Analytica," kata Schropfer, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AFP, Kamis (5/4/2018).

Schroepfer merupakan orang pertama yang menyebut 87 juta data pengguna disalahgunakan. Dia mencatat, sebagian besar dari pengguna ini berada di Amerika Serikat.

Tak hanya itu, dari data Schropfer disebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam daftar negara yang datanya dibagikan ke Cambridge Analytica. Bahkan Indonesia masuk dalam urutan ketiga dengan pengguna terbanyak yang terkena dampak penyalahgunaan privasi ini.

Sekitar 1,2 persen data atau sebanyak 1.079.031 pengguna yang datanya disalahgunakan berada di Indonesia.

Untuk mengantisipasi hal ini, Facebook menyiapkan layanan baru yang akan memberikan informasi lebih jelas tentang bagaimana data dikumpulkan dan dibagikan tanpa memberikan hak tambahan.

Sementara itu, bos Facebook Mark Zuckerberg mengatakan, siap bertanggung jawab karena gagal melindungi data penggunanya. Namun, dia mengklaim masih menjadi orang terbaik yang mampu memimpin jaringan terbesar dengan 2 miliar pengguna di dunia.

"Saya pikir hidup adalah tentang belajar dari kesalahan dan mencari tahu bagaimana bergerak maju. Ketika Anda sedang membangun sesuatu seperti Facebook yang belum pernah terjadi sebelumnya di dunia, ada hal-hal yang akan menggannggu Anda. Apa yang menurut saya harus ditanggung oleh orang-orang adalah jika kita belajar dari kesalahan kita," ujar Zuckerberg.

Zuckerberg memperkirakan sekitar 87 juta pengguna terkena dampak penyalagunaan data.

"Saya cukup yakin tidak akan lebih dari 87 juta, jumlah itu bisa jadi kurang," ujar dia.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Zuckerberg mengatakan Facebook akan memperhatikan hubungan dengan mitra kerjanya. Dia juga tidak menyangkal akan memakan waktu beberapa tahun untuk mendapatkan kembali kepercayaan pengguna.

Perkiraan baru ini muncul ketika Facebook meluncurkan persyaratan layanan lebih jelas untuk memungkinkan pengguna agar lebih memahami proses berbagi data.

Selama beberapa pekan, Facebook juga dituding mengungkap data pribadi kepada Cambridge Analytica untuk membantu kampanye Donald Trump pada 2016. Namun, lembaga penelitian Inggris itu berulang kali membantah dan mengklaim bahwa perusahaannya tidak menggunakan data dari jejaring sosial pada pemilu AS 2016.

"Cambridge Analytica tidak menggunakan data Facebook GSR (Global Science Research) atau turunan dari data ini dalam pemilihan presiden AS. Data lisensi Cambridge Analytica dari GSR untuk 30 juta individu, bukan 87 juta."

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut