Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Rusia Sindir AS: Rudal Burevestnik dan Poseidon Bukan Uji Coba Nuklir, Pemahaman Dangkal!
Advertisement . Scroll to see content

Demi Dapatkan 100 Jet Tempur Siluman F-35, Turki Sewa Kantor Hukum AS

Jumat, 19 Februari 2021 - 17:57:00 WIB
Demi Dapatkan 100 Jet Tempur Siluman F-35, Turki Sewa Kantor Hukum AS
Turki sewa kantor hukum AS untuk bantu mendapatkan jet tempur F-35 (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

ANKARA, iNews.id - Turki menyewa kantor hukum yang berbasis di Washington DC sebagai upaya agar pemerintah Amerika Serikat (AS) mau menjual jet tempur siluman F-35.

AS menangguhkan penjualan jet tempur canggih itu karena di saat yang sama Turki membeli rudal pertahanan S-400 Rusia, keputusan yang bisa berakibat buruk bagi persenjataan NATO. 

Turki memesan lebih dari 100 unit jet tempur F-35 bahkan telah memproduksi suku cadangnya. Namun program itu dihapus pada 2019 setelah Turki membeli rudal S-400 yang menurut AS bisa mengancam F-35.

Sebuah dokumen kontrak yang ditunjukkan Departemen Kehakiman AS, sebagaimana dikutip dari Reuters, Jumat (19/2/2021), mengungkap, Turki menyewa kantor hukum Arnold & Porter untuk menjadi nasihat strategis serta menjangkau otoritas AS. Kontrak senilai 750.000 dolar AS atau sekitar Rp10,5 miliar itu berlangsung 6 bulan terhitung sejak Februari 2021.

Kontrak tersebut ditandatangani oleh perusahaan Industri Teknologi Pertahanan SSTEK, milik Presidensi Pertahanan Turki (SSB). 

Dalam kesepakatan, Arnold & Porter akan memberi nasihat mengenai strategi yang perlu ditempuh bagi SSB serta kontraktor Turki agar mereka bisa terus bergabung dengan Program Joint Strike Fighter dengan mempertimbangkan faktor geopolitik dan komersial yang luas.

Turki dikeluarkan dari program tersebut dan industri pertahanannya dijatuhi sanksi pada Desember lalu. Di sisi lain, Departemen Pertahanan AS menyatakan asih bergantung pada kontraktor Turki untuk pengadaan komponen utama F-35.

Turki sebelumnya menegaskan penghapusan negaranya dari program itu tidak adil. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga masih berharap ada perkembangan positif untuk bekerja sama dengan AS di bawah kepemimpinan Joe Biden.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut